Rabu, 19 Juni 2019

TUHAN akan mendatangkan Kesembuhan


Saudara yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus,
Setiap kita tentu punya pergumulan masing-masing. Pergumulan saya kali ini adalah tentang penyakit yang saya derita sampai saat ini.  Ceritanya begini:

Sabtu 25 Mei 2019, sore hari saat mau menghadiri persekutuan gabungan Komparen (Komisi Pemuda Remaja) Klasis Sukoharjo di GKJ Tawangsari, Sukoharjo, krn kebetulan saya perwakilan Komisi Pembinaan Warga Gereja (PWG) Klasis Sukoharjo.  Waktu itu sekitar jam 3 sore, habis mandi kemudian hendak salin baju dan celana, tetapi ketika mau pakai celana kok sedikit bermasalah/susah dan mulailah kepala saya pusing berat sekali, mulut  juga menyusul pelo kalau dipakai bicara dan malam harinya tangan kiri saya juga bermasalah seperti keple.  Akhirnya pagi harinya, Minggu 26 Mei 2019 saya dibawa ke IGD RS Indriati Solo Baru..  disana dilakukan cityscan dan torax.  Dari analisa dokter disana, saya didiagnosis terkena Stroke.  Ada pembuluh darah yang menuju otak kanan saya tersumbat sehingga menyebabkan bengkak dan asupan aliran darah terhambat. Begitu mendengar penyakit itu, agak shock saya. Mungkin disebabkan karena seringnya saya mengalami vertigo, ya.. dalam bulan-bulan terakhir ini frekuensinya keserang vertigo bertambah sering, atau karena pola makan saya yang kurang terseleksi (makan apa saja), atau psikis pikiran-pikran yg masih ruwet belum tersolusikan, saya tidak tahu penyebab pastinya. 

Setelah itu saya harus opname di rumah sakit  itu, selama 4 hari dan ditangani secara intensif oleh dokter ahli syaraf (neurolog) dan harus minum banyak obat.  Hari pertama, praktis saya tidak bisa apa-apa, saya tergantung dan menyusahkan orang lain dalam hal ini istri saya, mulai dari mandi, bab, makan, dsb.  Hari-hari selanjutnya demikian juga, baru pada hari ke 3, saya bisa mandiri, sudah bisa mandi sendiri dsb. Hari ke 4, saya sdh diijinkan pulang untuk rawat jalan.  Dan hari- hari selanjutya bedrest di rumah.  Selama beberapa hari di rumah ada progress pemulihan, bahkan saya sudah bisa jalan-jalan dan spedaan di sekitar rumah.

Namun, Jumat 8 Juni 2019 pagi hari saat mau ritual pagi, mandi, sikat gigi dan kumur-kumur.. ternyata airnya di mulut saya bocor dan agak aneh karena setelah saya keluarkan kok miring ke kanan semprotannya.  Buru-buru saya panggil istri, ternyata muka saya tidak simetris lagi, ketarik di sisi kanan wajah saya.  Saya dibawa lagi ke IGD, dan disana dianalisa dan terdiagnose kena penyakit Bells-Palsy (lumpuh syaraf wajah separo). Derita saya tambah lagi..  Saya hanya dikasih obat jalan dan besok harinya harus kontrol ke dokter ahli syaraf (neurolog) lagi.

Hasil konsultasi dengan dokter neurology, malah dokternya agak heran,  “kok bisa spt ini?”  setelah itu ditanya macem-macem; apakah sering kena AC, kipas angin, tidur di lantai dsb.  Dan kujawab tidak semuanya…. Akhirnya penyebabnya tidak diketahui (Idiopatik istilah medicnya) dan harus konsultasi ke dokter rehab medic.

Esok harinya saya konsul ke dokter rehab medic dan diharuskan menjalani fisioterapi setiap hari selama seminggu.  Tindakan fisioterapi dengan diberi Infra Red dan massage di wajah yang terkena penyakit itu, juga diberi tugas untuk terapi sendiri di rumah, seperti; angkat alis ke atas, tarik mulut ke samping sambil senyum, manyun sperti niup lilin semuanya dilakukan dalam hitungan detik 10 kali diulang 5 kali.  Disarankan juga terapi dg mengunyah permen karet.

Namun apa yang terjadi.. derita saya belum selesai. Kamis13 Juni 2019 pagi hari saya harus dibawa ke IGD lagi krn saya mengalami cegukan 3 hari berturut-turut sebelumnya gak kunjung reda. Analisa dokter IGD; karena efek ngunyah permen karet, sehingga menimbulkan udara keluar masuk lewat diafragma antara rongga dada dan perut yang memunculkan cegukan tadi.  Saya diberi obat dan disuruh pulang.

Derita saya belum selesai, efek dari minum obat cegukan tadi menagkibatkan drop tensi saya menjadi 103-54. Yang menyebabkan tubu saya lemes banget, sempat jatuh dan memecahkan gelas yang saya bawa saat hendak minum.  Saya setengah pingsan… lemas sekali.

Berjalannya waktu, dan menjalani terapi terus... maka terjadi recovery, puji Tuhan ada progress pemulihan atas penyakit saya. Saat konsul ke dokter rehab medic lagi, kondisi saya mengalami perbaikan dari score 48 menjadi 59.  

Hari Senin, 17 Juni 2019, saya coba masuk kerja hingga sampai saat ini.  Ada progress pemulihan saya rasakan dari hari ke  hari.  Wajah saya sudah agak simetris lagi demikian juga pusing di kepala saya sdh agak berkurang walaupun belum sempurna betul.  Namun ada efek lagi; beberapa hari ini mengalami sulit tidur, bahkan 2 hari ini belum tidur, dan sulit untuk tidur.  Deritaku belum selesai ternyata.  Sehingga mengakibatkan tensi menjadi tinggi lagi.

Saya hanya berdoa kepada Tuhan, sembuhkan dan pulihkan aku Tuhan… tugasku masih banyak dan belum selesai.  Kurenungi peristiwa ini, Tuhan pasti punya rencana atas penyakit yang saya derita ini, paling tidak saya harus memperbaiki pola hidup, pola makan yang lebih baik dan sehat, terselesksi dan tidak makan semabarang lagi, menjaga waktu istirahat juga penting. Pastinya semakin dekat dengan yang memberi hidup dalam doa dan pengharapan untuk sembuh

Seperti firman Tuhan dalam Yeremia 30:17a bahwa Tuhan akan mendatangkan kesembuhan bagi kita, Tuhan akan mengobati luka-luka kita.  Tuhan punya rencana yang indah bagi kita atas setiap pergumulan kita.  Amin.
Tuhan memberkati.

Minggu, 14 April 2019

antara Rasa dan Logika


Manusia umumnya cenderung untuk berpikir dalam konteks material, apa yang nampak terlihat saja, seperti; harta, kekayaan, jabatan, pangkat, kekuasaan, dsb.  Sebenarnya hal yang wajar saja, namun perlu bijak dalam menyikapinya agar tidak malah terjebak didalamnya.

Seperti di lingkungan kerja, misalnya; Seorang pejabat/ atasan tentu punya kuasa untuk memerintah, memberi penghargaan sekaligus punishment kepada anak buahnya. Seorang pejabat yang bijak tentu akan mempertimbangkan banyak hal dan masukan sebelum mengambil keputusan. Sangat disayangkan apabila terjadi keputusan dengan hanya mengandalkan kuasa jabatannya saja tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, yang efeknya menimbulkan terganggunya suasana yang solid, kondusif, bahkan menimbulkan pertanyaan dan kegundahan bagi anak buahnya,

Ada istilah a Leader as a Father, seorang pemimpin tentunya seperti ayah yang menyayangi anak-anaknya.  Ketika ada peluang untuk memberi penghargaan kepada anak buahnya... namun keputusannya malah memberikan ke orang lain, ini tentu perlu dipertanyakan atas keputusannya itu. Why?

Di sisi lain anak buah tentu berharap dapat mendapat pengakuan dan pengharagaan dari hasil karyanya selama ini.  Tetapi apa daya hal penghargaan adalah keputusan mutlak atasan dan bukan hak bawahan. Antara rasa dan logika muncul dan terjadi benturan  memunculkan sebuah pertanyaan.... kenapa bisa terjadi spt ini?

Seorang bawahan, mungkin adalah orang-orang yang “terpinggirkan” atau “wong cilik” yang kadang harus mengalah kepada mereka yang berkuasa.  Tapi pernahkah kita berpikir bahwa justru dengan keberadaan kita saat ini kita bisa bersyukur, mensyukuri berkat Tuhan, seperti; ketenangan, rasa damai, hati yang suka-cita, kesehatan, tidur pulas, masih punya waktu dan energi untuk dialihkan ke hal positif lain. Seberapa berkah Tuhan itu mungkin nilainya “lebih” dari sekedar penghargaan/promosi jabatan yang tentunya mempunyai konskuensi bertambahnya tanggung jawab dan beban kerja yang lebih berat.

Langit tak selalu biru... demikian juga hidup kita.. tidak selamanya mulus seperti yang kita inginkan dan harapkan.  Yang bisa kita lakukan adalah bersyukur dengan keberadaan dan keadaan kita, seraya tetap selalu berharap dan berdoa kepada yang kuasa agar diberikan yang terbaik bagi kita. Keep & be grateful guys..

Kamis, 30 November 2017

Antara Logika dan Rasa

Antara Logika dan Rasa
Antara Pelayanan dan Pengakuan
Hampir 3 bulan terakhir ini rasanya hati ini ga enak, ketika dihadapkan dengan persoalan yang tengah terjadi di gereja. Belum reda mengatasi pergumulan di Komisi Pemuda, ditambah persoalan pelik ketika seorang gembala sidang membuat statement yang mengagetkan semua jemaat. Prihatin, sedih, menyayangkan kadang malah gemes dan marah.. campur aduk menjadi satu perasaan yang melelahkan!  Jujur rasanya kalau mau sembahyang, penginnya ngungsi dulu ke gereja lain agar ada keteduhan dan hati yang damai. ahhh...

Pernyataan yang membuat kaget setiap orang yang mendengarnya, bayangkan; “Hanya 10% kadar pelayanannya, minta alih pelayanan, membatasi diri dengan hanya sampai per tgl 12 November 2017 masa pelayanannya”  Sungguh sesuatu yang sangat memprihatinkan menurut saya... L
Seorang gembala sidang yang sudah semestinya menjadi panutan dan teladan bagi domba–domba  gembalaan-nya. Eeehhh... malah membuat ketidaknymanan dan hati tidak tenang bagi jemaatnya dengan statement seperti itu. Bahkan sempat terjadi friksi dan membuat emosi diantara jemaat yang mencedarai persekutuan yang damai, guyub rukun selama ini.
Persoalan yang sebenarnya seacara esensi tidak fatal dan prinsip, tetapi membuat banyak orang letih memikirkannya.  Apakah ini yang kau kehendaki?  Apakah hal ini disebut memberkati?  Mana teladanmu? Mana panutanku?! 
Saya bukan orang yang tahu persis apa makna dari “adeging pandhito”, bahkan pengetahuan tentang peraturan gerejapun saya juga tidak tahu detilnya, tapi saya bisa merasakannya melalui rasa dan logika.
Secara logis; adeging pandhito itu seharusnya melayani dengan sepenuh hati (kanthi gumolonging manah), bahkan 1001% kalau memang itu bisa dan mampu dilakukan.  Melayani bukan untuk mencari pengakuan manusia (ukuran-ukuran manusia). Siapapun dan apapun bentuk pelayanan pasti mendapati banyak benturan dari yang dilayani yang kadang beda persepsi (krn bisa jadi beda cara pandang dan beda latar belakang), tetapi hal itu seharusnya bukan menjadi halangan atau malah menjadi alasan menghindarinya, dan justru seharusnya bisa menjadi bahan pengalaman dapat menguatkan kadar pelayanannya.  Antara rasa dan logika menjadi muncul di benak saya. Kenapa ini musti terjadi?
Melayani Tuhan berfokus pada mengerjakan apa yang Tuhan mau untuk kita kerjakan. Melayani Tuhan menghasilkan buah-buah roh dan memberkati orang yang dilayani, tetapi kalau melayani hanya untuk mendapatkan pengakuan jati diri ... nanti malah akan menghasilkan kekecewaan, pait hati dan kelelahan yang panjang ketika terbentur dengan ketidakcocokan.  Melayani Tuhan tidak menuntut penghargaan, tidak menuntut pengakuan dari orang lain. Antara Pelayanan dan Pengakuan memang harus dibedakan..
Saya hanya bisa berdoa Tuhan tolong terangi kami anak-anakMu, lepaskanlah kami dari persoalan ini, mampukan kami untuk menyelesaikan hal ini, mampukan kami membangun kembali mahligai kehidupan yang damai kembali seperti kasihMu kepada kami semua, namun kehendakMu jadilah bukan kehendakku Tuhan. 
Firman Tuhan berkata, Lukas 17: 7-10;
(7) “Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Bagaimana kita melihat diri kita di hadapan Tuhan? Apakah kita menyadari bahwa sesungguhnya posisi kita dihadapan Tuhan adalah sebagai seorang hamba? Saya berhutang, Saudara juga  berhutang,  hutang kita terlalu banyak kepada Allah. Penebusannya di kayu salib adalah anugerah yang seharusnya tidak layak kita terima. Pantaskah seorang hamba mengharapkan terima kasih setalah ia melakukan apa yang seharusnya memang ia kerjakan?
Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, bukankah kata-kata ini yang seharusnya terus terngiang-ngiang setiap kali kita memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan? Dan lebih dari itu, bukankah kesempatan ini adalah anugerah? Kenyataannya Allah dapat memakai siapa saja. Bukankah suatu anugerah untuk berbagi dalam pekerjaan pelayanan Tuhan?   Pernahkah  kita bertanya "Mengapa Tuhan memilih saya untuk melakukan pekerjaanNya?"
Kelelahan, kekecewaan, keputusasaan, bahkan perasaan frustasi sangat mungkin terjadi ketika kita melayani Tuhan. Tapi maukah kita mengambil keputusan untuk sekedar menilik kembali posisi di mana seharusnya kita berdiri, dan melihat semua tanggung jawab sebagai anugerah yang dipercayakan kepada kita? Melayani Tuhan bukan beban, melayani Tuhan adalah kesempatan dan anugerah.
Saudara, marilah kita terus memiliki kerinduan untuk ketika kita berhadapan muka dengan muka dengan Tuhan kelak, kita dapat mendengar Ia memanggil kita dengan sebutan; “Hai hambaku yang baik dan setia”.   Oleh karena itu, mari tunaikan tugas pelayanan kita dengan gentar, semata-mata karena anugerah Tuhan saja.


-- o0o --

Senin, 23 Januari 2017

Apakah yang aku cari?

Saudara yang dikasihi Tuhan,
Orang Kristen tentu mengagumi sosok Yesus orang Nazaret itu. Yesus dijadikan idola, disembah, dipuja, dan dimuliakan. Setiap pribadi maupun secara komunitas Kristen menempatkan Yesus di tempat istimewa. Pemujaan dan penyembahan kepada Yesus nampak dalam ibadah, doa, nyanyian, serta simbol dan atribut2 gerejawi. Nama Yesus juga sering disebut dalam percakapan mereka. Setidaknya itulah yang nampak, yang biasa kita lihat, dengar dan rasakan.

Hal demikian tentu saja wajar, dan baik adanya. Namun apakah dengan itu cukup?  Salah satu keprihatinan dalam Kekristenan dewasa ini adalah bahwa sosok Yesus seringkali dipahami sebatas pada ritual dan ungkapan2 yang nampak saja. Tapi, di saat yang sama, karya, pengajaran, keteladanan Yesus kurang dapat diwujudkan, kurang mengejawantah dalam kehidupan nyata umat Kristen. Itu berarti perjumpaan dengan Yesus belum cukup terjadi secara mendalam. Padahal perjumpaan dengan Yesus semestinya memberi dampak yang positif bagi  kehidupan umat.

Dalam menjalani hidup kekristenan, kita menyadari masih kurang berakar.  Kurang punya kedalaman, masih belum cukup pengertian.  Seringkali kekristenan kita begitu dangkal, tipis dan hanya di permukaan. Sebab kita seringkali cuma 'melintasi' halamanNya dan kemudian keluar lewat pintu yang lain, kita tidak benar2 masuk.  Doa, ibadah kita cuma sepintas, baca/mendengarkan firman, pelayanan kita juga sepintas. Ya cuma melintas saja...   Apa pun yang cuma sepintas dan hanya melintas... tak bisa diharapkan banyak!  Karena itu, jangan menjadi orang Kristen yang cuma melintas, namun jadilah orang Kristen yang sungguh2 masuk ke dalam sampai bertemu dengan Dia, yang kemudian bisa berubah dan menyatakannya dalam hidup. 

Tidak sekadar mengubah diri sendiri, namun juga memampukan diri untuk menjadi agen perubahan bagi orang lain.  Untuk itu, kita dapat berada di 2 posisi sekaligus: orang yang merindukan perubahan, serta orang yang dipanggil untuk membawa perubahan bagi orang lain.   

Saudara, kalau kita baca firman Tuhan dalam Yohanes 1:29-42, memberi gambaran tentang apa yang dialami Andreas, yang mengikut Yesus berkat kesaksian Yohanes Pembaptis, yang juga telah menerima kesaksian dari Allah sendiri melalui RohNya. Menarik untuk direnungkan, Andreas yang telah mendengar kesaksian tentang Yesus, akhirnya berjumpa dengan Yesus sendiri secara langsung, mengenal sendiri, mengalami perjumpaan dan tinggal bersama Yesus. Dan Andreas mau mengalami perjumpaan yang lebih dalam lagi?

Andreas tidak hanya ingin mengenal Yesus dari apa kata orang, dari kesaksian orang lain. Andreas merasa bahwa dirinya harus mengalami dan mengenal sendiri siapa Yesus. Kemauannya mengenal Yesus lebih dekat.. dipicu oleh pertanyaan reflektif dari Yesus yang ditujukan kepadanya, “Apakah yang kamu cari? (ayat 38). Di titik itu, Andreas merasa perlu terus meneguhkan dan menumbuhkan pengenalannya tentang Yesus. Maka ia memilih untuk tinggal bersama Yesus. Sampai Andreas sendiri memiliki pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias. Dan, pengenalan dan penghayatannya itu dibagikan oleh Andreas kepada Simon.

Di sini kita menyaksikan bahwa kesaksian tentang Yesus dialami secara berantai: Allah memberi kesaksian kepada Yohanes pembaptis, Yohanes memberi kesaksian kepada Andreas, lalu Andreas memberi kesaksian kepada Simon (yang lebih dikenal dengan nama Simon Petrus).

Lalu, bagaimana dengan kita? Kita semua juga telah mendengar kesaksian tentang Yesus,  tentang siapa Yesus serta bagaimana kehidupan dan karyanya. Sudahkah kita mengalami perjumpaan dengan Yesus secara pribadi?  Sudahkah hidup Yesus membawa perubahan nyata dalam kehidupan kita?  Pertanyaan berikutnya; sudahkah kita juga berperan sebagai saksi yang mewartakan Yesus kepada orang lain, menularkan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan Yesus

Banyaknya orang yang tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus,  disebabkan lemahnya pengaruh kesaksian iman kita.  Kesaksian hidup, watak, karakter, sikap dan sifat kita, kata-kata kita, penampilan dan cara berelasi kita tidak menarik, belum dapat mempengaruhi siapapun. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk melakukan kesaksian iman dengan bahasa dan cara yang menarik, santun dan dalam payung damai sejahtera. Untuk sampai ke sana, kita perlu merenungkan pertanyaan Yesus kepada Andreas juga menjadi pertanyaan kita pribadi: “Apakah yang aku cari?”   Ini menjadi refleksi kita.

Saudara terkasih,
Mari... menjadi umat yang tidak berhenti untuk mendekat dan belajar kepada Yesus. Pasti akan ada perubahan dalam hidup kita. Barangkali saat ini kita adalah orang2 yang sedang merindukan perubahan itu. Maka Yesus mampu membawa perubahan bagi kita. Selanjutnya, kita juga diajak untuk memiliki kepedulian pada orang lain yang sedang merindukan perubahan hidup. Di sekitar kita masih banyak kita jumpai orang2 yang sedang sedih, prihatin, dalam pergumulan dan menderita. Yesuspun berkenan mengubah kehidupan mereka.. orang-orang yang sedang dalam pergumulan dan penderitaan, salah satunya adalah melalui kepedulian, kehadiran dan karya nyata pelayanan kita bagi sesama. Amin.

Kita pujikan “Tuhan ini Aku” seperti lagu berikut ini.


Tuhan memberkati.

Selasa, 01 November 2016

Tuhan melihat Hati

Saudara terkasih,
Dalam kehidupan di dunia ini, tidak pernah lepas dari friksi, beda pendapat, perselisihan ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Baik perselisihan dengan sesama rekan kerja, teman ataupun juga dalam keluarga. Imbas dari perselisihan itu biasanya memunculkan ketidaknyamanan bagi siapapun yang terlibat ketika penyelesaiannya tidak tuntas. Seseorang bisa saja merasa kecewa/tidak menerima atas perlakuan orang lain.  Bila seseorang merasa disakiti, maka yang pertama ada dalam hatinya adalah rasa sakit, kecewa, sesak dan tidak nyaman dalam hidupnya.

Sering kita bisa melihat dan merasakan, saat pagi hari di jalanan misalnya, bagaimana orang dengan egonya masing2 saling srobot jalur agar kendaraannya dapat duluan melaju tanpa menghiraukan pengguna jalan yang lain, membunyikan klakson keras2, parkir kendaraan seenaknya, dsb. Mereka lakukan itu dengan memaksa dan  tanpa merasa bersalah sedikitpun. Tanpa mereka sadari bahwa perbuatan mereka sangat mengganggu orang lain.

Juga dalam kehidupan keseharian kita, mungkin kita pernah merasakan hal yang demikian, saat kita punya harapan namun pupus karena ulah orang lain, padahal kita sudah berusaha dengan sebaik2nya. Sudah lama penantian kita akan sesuatu terjadi dalam hidup kita, tetapi sampai saat ini tak kunjung datang terjadi keinginan itu. Lalu, munculah dalam diri kita rasa kecewa.. sakit hati. L 

Tetapi apakah hati yang tersakiti, kekecewaan itu kita biarkan saja?  Tidakkah membuat pikiran dan kehidupan kita terganggu karenanya? Bisa saja malah muncul hati yang mendendam karena luka hati yang terlalu lama yang semakin dalam?   Saudara mungkin mengalami persoalan seperti ini...

Saudara,
Ada nasehat; “Kepala boleh panas, tetapi hati tetaplah dingin dalam menyikapi setiap persoalan”. Mungkin sering kita dengarkan petuah ini, tapi sebenarnya tak segampang itu untuk melakukannya. Kadang ego kita susah untuk diajak kompromi, inginnya dimuntahkan dulu emosi itu, baru yang lain urusan belakangan. Bukankah begitu kita ini?  Tetapi Saudara, mari coba kita renungkan lagi apakah yang seharusnya kita lakukan agar ada jalan keluar yang baik, baik untuk semua.   

Ada suatu cerita/ilutrasi;
Seseorang yang sering kali mendengar kata2 kasar dari temannya. Dia bisa saja membalas semua perkataan kasar tersebut. Namun dia lebih memilih untuk diam dan tetap tersenyum. Saat seseorang bertanya kepadanya, “Mengapa kau tak membalas semua perbuatan jahat yang dia lakukan kepadamu?” Dengan tersenyum ia menjawab, “Saat aku disakiti oleh orang lain, aku akan mendoakannya.”

Rasa kecewa, sakit adalah hal yang wajar, itu adalah tanda bahwa kita masih hidup layaknya manusia yang lain. Sebagai anak2 Tuhan maka semestinya kita  berbeda dari orang lain dalam menyikapinya. Yang menjadi pembeda kita adalah tentang sikap, sifat, dan cara pandang. 

Namun demikian, ketika respon, tindakan atau perkataan tidak mampu mengubah situasi, maka jalan satu2nya adalah mintalah pertolongan kepada Tuhan melalui doa.  Berdoalah karena Tuhanlah yang sanggup untuk mengubah segala sesuatu. Dengan berdoa, paling tidak kita bisa meredam rasa sakit itu, dan membuka cakrawala harapan akan penyertaan dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita.  Dengan berdoa ibarat sedang melobangi batu dengan tetesan air, demikian pula dengan hati yang keras akan dapat dilunakkan dengan kasih melalui sebuah doa.

Doa adalah cara kita untuk menjalin hubungan dengan Allah dalam segala kondisi kehidupan.  Kita dapat berdoa kepadaNya setiap saat di sepanjang waktu dna kondisi.  Berdoalah untuk dan dalam segala sesuatu bagi kebaikan semua, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Tuhan Yesus mengajarkan; Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yanga da di tempat tersembunyi.  Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:6). 

Setiap anak Tuhan sebaiknya memiliki tempat di mana ia dapat sendirian dengan Allah. Doa yang dipanjatkan di tempat tersembunyi ini sangat perlu, misalnya pada pagi hari untuk menyerahkan hari itu kepada Tuhan Allah atau pada malam hari untuk mengucapkan syukur atas kemurahanNya, sebab Tuhan melihat yang tersembunyi dalam hati kita (1 Samual 16:7). 

Berdoalah dengan hati yang tulus (apa adanya) yang bukan didorong oleh kewajiban, melainkan doa yang berasal dari dorongan hati.  Yakinlah ketika kita berdoa, Allah tidak hanya mendengarkan apa yang kita ucapkan, tetapi Dia juga masuk dalam lubuk hati kita terdalam untuk mendengarkan isi hati kita.  Amin.

Tuhan memberkati.

Kita memuji "Tuhan melihat Hati"

Ini hatiku menyembahMu
Tulus dan kagum padaMu Yesus
Ini hatiku tak sempurna
Perlu campur tanganMu dalam hidupku

Hatiku mengasihiMu... Hatiku mengasihiMu
Hatiku ingin mengenalMu ingin mengertiMu
Tuhan Kau lihat isi hatiku

https://www.youtube.com/watch?v=biFKs3gsXVc

Jumat, 14 Oktober 2016

Tetap Setia Melayani, Walau Tak Dihargai dan Ditolak

Saudara terkasih,
Suatu kali ketika saya datang memenuhi undangan mantenan anak teman kantor, saya ketemu dengan beberapa mantan pejabat yang sudah pensiun di acara resepsi tersebut.  Salah satu diantaranya adalah mantan atasan saya.  Beliau menyapa, meyalami dan merangkul saya, lalu kemudian ia mengajak saya agak menepi dari keramaian tamu2 lainnya.  Saya agak sedikit  bertanya dalam hati.. ada apa ini? Awalnya ia minta maaf kepada saya (perasaan ia ga punya salah dengan saya, batin saya berkata demikian), tetapi kemudian ia memberitahu saya; bahwa sebenarnya kira2 dua tahun sebelumnya ketika ia masih menjabat dulu, ia pernah memperjuangkan saya untuk mendapatkan promosi.. seperti yang ia katakan sebelumnya. Kebetulan waktu itu ada restrukturisasi organisasi, yaitu dengan adanya pembentukan struktur divisi regional baru, dan ada posisi yang pas untuk job saya saat itu. Dari sidang prajabatan yang ia hadiri sebenarnya sudah ada semacam berita acara dari hasil sidang, dan saya dinyatakan menjadi salah satu orang yang lulus untuk mendapatkan promosi.  Namun apa yang terjadi... setelah sidang itu ada “tangan2 tertentu” yang merubah hasil berita acara dari sidang resmi sebelumnya, dan mantan atasan saya itu juga tahu itu. Beliau mengatakan dengan suara agak bergetar.. perlahan.. satu kata demi kata diucapkan dengan mata berkaca2 (kelihatan sekali kesungguhan hatinya)...bahwa keputusan akhirnya; saya batal mendapat promosi karena faktor agama yang saya anut.  dunk!

Setelah itu, dengan kesalnya beliau berkata lagi, “kalau caranya begini, perusahaan ini ga akan pernah maju!  Saya seorang muslim mas... tapi saya tidak sependapat, tidak sepaham dan tidak setuju dengan cara2 seperti itu!”  Sejurus kemudian, ia meminta saya untuk lego-lilo menanggapi hal ini, tetaplah menjadi orang bersungguh2 dalam setiap pekerjaan. Di akhir perjumpaan itu ia berkata, "hal ini harus saya sampaikan kepada mas, agar tidak menjadi beban saya lagi" Lalu ia sekali lagi minta maaf, meyalami saya lagi dan pamit untuk pulang.  

Selang beberapa detik setelah itu... saya terperanga mlongo setengah ga percaya, dan saya cuma bisa mbatin “masih ada di jaman ini cara2 seperti itu!”  Agama oh agama... seperti itukah dunia menolakmu?!

Saudara mungkin pernah mendengar pengalaman dari orang lain atau mungkin Saudara mengalaminya sendiri peristiwa seperti yang saya alami tadi.  Seperti respon saya yang agak sedikit tidak percaya, kenapa ini bisa dan masih terjadi?  Toh orang nomor 1 di perusahaan ini juga anak Tuhan!, sehingga praktek2 seperti itu semestinya sudah tidak ada lagi!  Namun ternyata... :(  

Saudara terkasih,
Kalau kita menengok kembali perjalanan hidup kita pribadi2 sampai hari ini, tentu kita akan sependapat bahwa banyak kali terjadi penolakan oleh sekeliling kita terhadap keberadaan atau eksistensi kita.  Penolakan terhadap ide kita, pendapat, karya, kinerja, cinta kita, juga hal2 yang baik yang hendak kita berikan kepada orang lainpun ditolak. Bahkan didalam pelayanan kitapun sering mendapat penolakan oleh orang2 sekeliling kita.  Penolakan2 itu, apapun jenis pastilah menyakitkan hati kita.  Seperti yang saya alami tadi... sedih juga.
Namun kalau kita renung2kan kembali; bahwa dalam memikul salib Yesus pasti ada tantangannya...
 
Saudara,
Ada sebuah ilustrasi cerita tentang seorang gadis kecil.  Ia menuliskan sebuah surat kepada guru sekolah minggu di gerejanya untuk meminta nasehat.  Dalam surat itu ia bertanya, “bagaimana caranya supaya ayahku mau menyimpan foto diriku?”  Ia berkata bahwa selama ini ayahnya membawa foto adik laki2nya dalam dompet (ternyata wajah adiknya mirip sang ayah), juga foto kakaknya yang cantik.  Tetapi ketika gadis kecil itu  memberikan foto dirinya, sang ayah malah memasukkannya ke dalam laci.  Ia merasa bahwa dirinya tidak cukup cantik untuk ayahnya, sehingga ayahnya kemungkinan malu memamerkan foto dirinya ini di dompetnya.

Guru sekolah minggu yang membaca surat ini merasa begitu kasihan dan ia mencoba untuk bertemu dengan ayah anak ini dan bercerita kepada ayahnya.  Guru sekolah minggu ini berkata, “bapak, saya dikirimi surat oleh anak bapak yang mengatakan bahwa dia sangat sedih karena foto dirinya dimasukkan dalam laci sementara adaik dan kakaknya ada di dompet bapak, apakah bapak sengaja melakukannya?” Si ayah ini kemudian terkejut dan cepat2 memanggil dan menggendong anaknya dipangkuannya, lalu ayahnya ini mengeluarkan Hpnya dan menunjukkan kepada anaknya ini, ternyata foto anaknya ini selalu ada di layar HP ayahnya.  Setiap kali ayahnya membuka Hpnya maka pertama kali yang ia lihat adalah anaknya ini.

Dari ilustrasi ini, dapat kita rasakan bahwa tidak enak rasanya jika keberadaan kita tidak diakui oleh lain atau kita berada dalam sebuah komunitas tetapi keberadaan kita itu seperti ditolak orang2 sekitar kita.  Namun, di dalam keadaan seperti itu, ternyata kita masih memiliki Bapa yang menyimpan setiap foto kita masing2, yang selalu melihat kita, ia tidak pernah melupakan kita ataupun meninggalkan kita dalam setiap kesulitan yang kita alami.  Karena Dia Bapa kita, Dia tahu apa yang terbaik bagi kita, kapan, dimana dan dalam keadaan apa kita pasti ia merancangkannya bagi kita.  Hanya satu yang ia  minta dalam kehidupan kita yaitu agar kita selalu percaya kepadaNya dan mengimani setiap rancangan kehidupan yang kita jalani saat ini dan ke depan.

Saudara,
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari2, saat ini keberadaan kita sebagai anak2 Tuhan seringkali ditolak oleh lingkungan kita. Seperti misalnya, bagi kita yang masih aktif bekerja, seringkali kita melihat dan merasakan ketika ada moment kenaikan pangkat/promosi atau penghargaan lain dari setiap pekerjaan dan kinerja kita.. maka hal pertama yang dilihat adalah agamanya, dan agama mayoritas sangat diutamakan untuk mendapatkan penghargaan itu.

Dari pengalaman kita ditolak oleh orang lain, bahkan oleh orang2 terdekat dengan kita, semestinya kita tidak perlu kecewa jika karena menegakkan kebenaran sesuai dengan iman kristen kita.  Suara kenabian harus kita gemakan terus pada jaman sekarang ini. Kita perlu  mengingat juga bahwa Tuhan Yesus juga pernah ditolak, bahkan sampai menderita dan mati di kayu salib.  Tetapi justru melalui peristiwa itu.. Dia diangkat oleh Bapa menjadi penguasa atas dunia ini. Kita seharusnya meneladani Kristus.  Apapun penolakan dunia ini, hendaknyanya menjadikan kita terus maju berjuang demi iman kita. Kalau kita bisa bertahan, maka sebenarnya kitalah pemenang atas hidup kita.  Apapun yang terjadi dalam hidup.. kita percaya dan yakin bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita. Amin.

Tuhan memberkati

Kita akan pujikan "Ku Takkan Menyerah"

Dalam s'gala perkara
Tuhan punya rencana
Yang lebih besar dar
Semua yang terpikirkan

Apapun yang Kau perbuat
Tak ada maksud jahat
S'bab itu kulakukan
Semua denganMu Tuhan

Ku tak akan menyerah pada apapun juga
Sebelum ku coba, semua yang ku bisa
Tetapi kuberserah kepada kehendakMu
Hatiku percaya Tuhan punya rencana