Minggu, 14 April 2019

antara Rasa dan Logika


Manusia umumnya cenderung untuk berpikir dalam konteks material, apa yang nampak terlihat saja, seperti; harta, kekayaan, jabatan, pangkat, kekuasaan, dsb.  Sebenarnya hal yang wajar saja, namun perlu bijak dalam menyikapinya agar tidak malah terjebak didalamnya.

Seperti di lingkungan kerja, misalnya; Seorang pejabat/ atasan tentu punya kuasa untuk memerintah, memberi penghargaan sekaligus punishment kepada anak buahnya. Seorang pejabat yang bijak tentu akan mempertimbangkan banyak hal dan masukan sebelum mengambil keputusan. Sangat disayangkan apabila terjadi keputusan dengan hanya mengandalkan kuasa jabatannya saja tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, yang efeknya menimbulkan terganggunya suasana yang solid, kondusif, bahkan menimbulkan pertanyaan dan kegundahan bagi anak buahnya,

Ada istilah a Leader as a Father, seorang pemimpin tentunya seperti ayah yang menyayangi anak-anaknya.  Ketika ada peluang untuk memberi penghargaan kepada anak buahnya... namun keputusannya malah memberikan ke orang lain, ini tentu perlu dipertanyakan atas keputusannya itu. Why?

Di sisi lain anak buah tentu berharap dapat mendapat pengakuan dan pengharagaan dari hasil karyanya selama ini.  Tetapi apa daya hal penghargaan adalah keputusan mutlak atasan dan bukan hak bawahan. Antara rasa dan logika muncul dan terjadi benturan  memunculkan sebuah pertanyaan.... kenapa bisa terjadi spt ini?

Seorang bawahan, mungkin adalah orang-orang yang “terpinggirkan” atau “wong cilik” yang kadang harus mengalah kepada mereka yang berkuasa.  Tapi pernahkah kita berpikir bahwa justru dengan keberadaan kita saat ini kita bisa bersyukur, mensyukuri berkat Tuhan, seperti; ketenangan, rasa damai, hati yang suka-cita, kesehatan, tidur pulas, masih punya waktu dan energi untuk dialihkan ke hal positif lain. Seberapa berkah Tuhan itu mungkin nilainya “lebih” dari sekedar penghargaan/promosi jabatan yang tentunya mempunyai konskuensi bertambahnya tanggung jawab dan beban kerja yang lebih berat.

Langit tak selalu biru... demikian juga hidup kita.. tidak selamanya mulus seperti yang kita inginkan dan harapkan.  Yang bisa kita lakukan adalah bersyukur dengan keberadaan dan keadaan kita, seraya tetap selalu berharap dan berdoa kepada yang kuasa agar diberikan yang terbaik bagi kita. Keep & be grateful guys..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar