Selasa, 01 November 2016

Tuhan melihat Hati

Saudara terkasih,
Dalam kehidupan di dunia ini, tidak pernah lepas dari friksi, beda pendapat, perselisihan ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Baik perselisihan dengan sesama rekan kerja, teman ataupun juga dalam keluarga. Imbas dari perselisihan itu biasanya memunculkan ketidaknyamanan bagi siapapun yang terlibat ketika penyelesaiannya tidak tuntas. Seseorang bisa saja merasa kecewa/tidak menerima atas perlakuan orang lain.  Bila seseorang merasa disakiti, maka yang pertama ada dalam hatinya adalah rasa sakit, kecewa, sesak dan tidak nyaman dalam hidupnya.

Sering kita bisa melihat dan merasakan, saat pagi hari di jalanan misalnya, bagaimana orang dengan egonya masing2 saling srobot jalur agar kendaraannya dapat duluan melaju tanpa menghiraukan pengguna jalan yang lain, membunyikan klakson keras2, parkir kendaraan seenaknya, dsb. Mereka lakukan itu dengan memaksa dan  tanpa merasa bersalah sedikitpun. Tanpa mereka sadari bahwa perbuatan mereka sangat mengganggu orang lain.

Juga dalam kehidupan keseharian kita, mungkin kita pernah merasakan hal yang demikian, saat kita punya harapan namun pupus karena ulah orang lain, padahal kita sudah berusaha dengan sebaik2nya. Sudah lama penantian kita akan sesuatu terjadi dalam hidup kita, tetapi sampai saat ini tak kunjung datang terjadi keinginan itu. Lalu, munculah dalam diri kita rasa kecewa.. sakit hati. L 

Tetapi apakah hati yang tersakiti, kekecewaan itu kita biarkan saja?  Tidakkah membuat pikiran dan kehidupan kita terganggu karenanya? Bisa saja malah muncul hati yang mendendam karena luka hati yang terlalu lama yang semakin dalam?   Saudara mungkin mengalami persoalan seperti ini...

Saudara,
Ada nasehat; “Kepala boleh panas, tetapi hati tetaplah dingin dalam menyikapi setiap persoalan”. Mungkin sering kita dengarkan petuah ini, tapi sebenarnya tak segampang itu untuk melakukannya. Kadang ego kita susah untuk diajak kompromi, inginnya dimuntahkan dulu emosi itu, baru yang lain urusan belakangan. Bukankah begitu kita ini?  Tetapi Saudara, mari coba kita renungkan lagi apakah yang seharusnya kita lakukan agar ada jalan keluar yang baik, baik untuk semua.   

Ada suatu cerita/ilutrasi;
Seseorang yang sering kali mendengar kata2 kasar dari temannya. Dia bisa saja membalas semua perkataan kasar tersebut. Namun dia lebih memilih untuk diam dan tetap tersenyum. Saat seseorang bertanya kepadanya, “Mengapa kau tak membalas semua perbuatan jahat yang dia lakukan kepadamu?” Dengan tersenyum ia menjawab, “Saat aku disakiti oleh orang lain, aku akan mendoakannya.”

Rasa kecewa, sakit adalah hal yang wajar, itu adalah tanda bahwa kita masih hidup layaknya manusia yang lain. Sebagai anak2 Tuhan maka semestinya kita  berbeda dari orang lain dalam menyikapinya. Yang menjadi pembeda kita adalah tentang sikap, sifat, dan cara pandang. 

Namun demikian, ketika respon, tindakan atau perkataan tidak mampu mengubah situasi, maka jalan satu2nya adalah mintalah pertolongan kepada Tuhan melalui doa.  Berdoalah karena Tuhanlah yang sanggup untuk mengubah segala sesuatu. Dengan berdoa, paling tidak kita bisa meredam rasa sakit itu, dan membuka cakrawala harapan akan penyertaan dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita.  Dengan berdoa ibarat sedang melobangi batu dengan tetesan air, demikian pula dengan hati yang keras akan dapat dilunakkan dengan kasih melalui sebuah doa.

Doa adalah cara kita untuk menjalin hubungan dengan Allah dalam segala kondisi kehidupan.  Kita dapat berdoa kepadaNya setiap saat di sepanjang waktu dna kondisi.  Berdoalah untuk dan dalam segala sesuatu bagi kebaikan semua, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Tuhan Yesus mengajarkan; Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yanga da di tempat tersembunyi.  Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:6). 

Setiap anak Tuhan sebaiknya memiliki tempat di mana ia dapat sendirian dengan Allah. Doa yang dipanjatkan di tempat tersembunyi ini sangat perlu, misalnya pada pagi hari untuk menyerahkan hari itu kepada Tuhan Allah atau pada malam hari untuk mengucapkan syukur atas kemurahanNya, sebab Tuhan melihat yang tersembunyi dalam hati kita (1 Samual 16:7). 

Berdoalah dengan hati yang tulus (apa adanya) yang bukan didorong oleh kewajiban, melainkan doa yang berasal dari dorongan hati.  Yakinlah ketika kita berdoa, Allah tidak hanya mendengarkan apa yang kita ucapkan, tetapi Dia juga masuk dalam lubuk hati kita terdalam untuk mendengarkan isi hati kita.  Amin.

Tuhan memberkati.

Kita memuji "Tuhan melihat Hati"

Ini hatiku menyembahMu
Tulus dan kagum padaMu Yesus
Ini hatiku tak sempurna
Perlu campur tanganMu dalam hidupku

Hatiku mengasihiMu... Hatiku mengasihiMu
Hatiku ingin mengenalMu ingin mengertiMu
Tuhan Kau lihat isi hatiku

https://www.youtube.com/watch?v=biFKs3gsXVc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar