Senin, 23 Januari 2017

Apakah yang aku cari?

Saudara yang dikasihi Tuhan,
Orang Kristen tentu mengagumi sosok Yesus orang Nazaret itu. Yesus dijadikan idola, disembah, dipuja, dan dimuliakan. Setiap pribadi maupun secara komunitas Kristen menempatkan Yesus di tempat istimewa. Pemujaan dan penyembahan kepada Yesus nampak dalam ibadah, doa, nyanyian, serta simbol dan atribut2 gerejawi. Nama Yesus juga sering disebut dalam percakapan mereka. Setidaknya itulah yang nampak, yang biasa kita lihat, dengar dan rasakan.

Hal demikian tentu saja wajar, dan baik adanya. Namun apakah dengan itu cukup?  Salah satu keprihatinan dalam Kekristenan dewasa ini adalah bahwa sosok Yesus seringkali dipahami sebatas pada ritual dan ungkapan2 yang nampak saja. Tapi, di saat yang sama, karya, pengajaran, keteladanan Yesus kurang dapat diwujudkan, kurang mengejawantah dalam kehidupan nyata umat Kristen. Itu berarti perjumpaan dengan Yesus belum cukup terjadi secara mendalam. Padahal perjumpaan dengan Yesus semestinya memberi dampak yang positif bagi  kehidupan umat.

Dalam menjalani hidup kekristenan, kita menyadari masih kurang berakar.  Kurang punya kedalaman, masih belum cukup pengertian.  Seringkali kekristenan kita begitu dangkal, tipis dan hanya di permukaan. Sebab kita seringkali cuma 'melintasi' halamanNya dan kemudian keluar lewat pintu yang lain, kita tidak benar2 masuk.  Doa, ibadah kita cuma sepintas, baca/mendengarkan firman, pelayanan kita juga sepintas. Ya cuma melintas saja...   Apa pun yang cuma sepintas dan hanya melintas... tak bisa diharapkan banyak!  Karena itu, jangan menjadi orang Kristen yang cuma melintas, namun jadilah orang Kristen yang sungguh2 masuk ke dalam sampai bertemu dengan Dia, yang kemudian bisa berubah dan menyatakannya dalam hidup. 

Tidak sekadar mengubah diri sendiri, namun juga memampukan diri untuk menjadi agen perubahan bagi orang lain.  Untuk itu, kita dapat berada di 2 posisi sekaligus: orang yang merindukan perubahan, serta orang yang dipanggil untuk membawa perubahan bagi orang lain.   

Saudara, kalau kita baca firman Tuhan dalam Yohanes 1:29-42, memberi gambaran tentang apa yang dialami Andreas, yang mengikut Yesus berkat kesaksian Yohanes Pembaptis, yang juga telah menerima kesaksian dari Allah sendiri melalui RohNya. Menarik untuk direnungkan, Andreas yang telah mendengar kesaksian tentang Yesus, akhirnya berjumpa dengan Yesus sendiri secara langsung, mengenal sendiri, mengalami perjumpaan dan tinggal bersama Yesus. Dan Andreas mau mengalami perjumpaan yang lebih dalam lagi?

Andreas tidak hanya ingin mengenal Yesus dari apa kata orang, dari kesaksian orang lain. Andreas merasa bahwa dirinya harus mengalami dan mengenal sendiri siapa Yesus. Kemauannya mengenal Yesus lebih dekat.. dipicu oleh pertanyaan reflektif dari Yesus yang ditujukan kepadanya, “Apakah yang kamu cari? (ayat 38). Di titik itu, Andreas merasa perlu terus meneguhkan dan menumbuhkan pengenalannya tentang Yesus. Maka ia memilih untuk tinggal bersama Yesus. Sampai Andreas sendiri memiliki pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias. Dan, pengenalan dan penghayatannya itu dibagikan oleh Andreas kepada Simon.

Di sini kita menyaksikan bahwa kesaksian tentang Yesus dialami secara berantai: Allah memberi kesaksian kepada Yohanes pembaptis, Yohanes memberi kesaksian kepada Andreas, lalu Andreas memberi kesaksian kepada Simon (yang lebih dikenal dengan nama Simon Petrus).

Lalu, bagaimana dengan kita? Kita semua juga telah mendengar kesaksian tentang Yesus,  tentang siapa Yesus serta bagaimana kehidupan dan karyanya. Sudahkah kita mengalami perjumpaan dengan Yesus secara pribadi?  Sudahkah hidup Yesus membawa perubahan nyata dalam kehidupan kita?  Pertanyaan berikutnya; sudahkah kita juga berperan sebagai saksi yang mewartakan Yesus kepada orang lain, menularkan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan Yesus

Banyaknya orang yang tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus,  disebabkan lemahnya pengaruh kesaksian iman kita.  Kesaksian hidup, watak, karakter, sikap dan sifat kita, kata-kata kita, penampilan dan cara berelasi kita tidak menarik, belum dapat mempengaruhi siapapun. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk melakukan kesaksian iman dengan bahasa dan cara yang menarik, santun dan dalam payung damai sejahtera. Untuk sampai ke sana, kita perlu merenungkan pertanyaan Yesus kepada Andreas juga menjadi pertanyaan kita pribadi: “Apakah yang aku cari?”   Ini menjadi refleksi kita.

Saudara terkasih,
Mari... menjadi umat yang tidak berhenti untuk mendekat dan belajar kepada Yesus. Pasti akan ada perubahan dalam hidup kita. Barangkali saat ini kita adalah orang2 yang sedang merindukan perubahan itu. Maka Yesus mampu membawa perubahan bagi kita. Selanjutnya, kita juga diajak untuk memiliki kepedulian pada orang lain yang sedang merindukan perubahan hidup. Di sekitar kita masih banyak kita jumpai orang2 yang sedang sedih, prihatin, dalam pergumulan dan menderita. Yesuspun berkenan mengubah kehidupan mereka.. orang-orang yang sedang dalam pergumulan dan penderitaan, salah satunya adalah melalui kepedulian, kehadiran dan karya nyata pelayanan kita bagi sesama. Amin.

Kita pujikan “Tuhan ini Aku” seperti lagu berikut ini.


Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar