Kamis, 12 Februari 2015

Siap untuk tidak dihargai dan ditolak

Saudara tekasih,
Dalam bekerja, tentu semua orang  ingin dihargai atas hasil pekerjaannya, ini adalah sesuatu  hal yang wajar terjadi.  Demikian juga kita, akan senang jika hasil jerih payah kita dihargai oleh perusahaan.  Kita tahu bahwa di setiap unit di kantor kita pasti diberi target tertentu.  Dan ketika target itu bisa dicapai tentu personal dari unit tersebut akan merasa senang, apalagi jika ada pengakuan atau bahkan diberi penghargaan tentu akan menambah kegembiraan.

Namun Saudara, terkadang tidak semua yang kita kerjakan mendapat apresiasi  walaupun menurut kita itu sangat berkontribusi. Dan biasanya kita akan merasa kecewa. Kekecewaan2 yang bertumpuk akan mengakibatkan menurunnya motivasi kerja, glokro, semplah, dsb.

Bekerja di unit EBIS, yang mensupport para Accaount Manager (AM) sudah menjadi pengalaman saya selama bertahun2.  Ketika seorang AM mendapat penghargaan karena ia mencapai targetnya, maka biasanya unit supportnya terlupakan, tidak terpresiasi seperti AM, walaupun sebenarnya mereka punya andil atas pencapaian target AM tersebut.   Dari hal itu, mungkin ada yang  mengeluh “yah... kami kan kaum sudra sedangkan mereka brahmana, mereka punya fasilitas, punya sistem insentive sendiri,  kelasnya  memang beda dengan kita”   Muncul kecemburuan, bukannya ikut bersyukur atas keberhasilan tersebut.   Hanya memikirkan diri tanpa memikirkan kesulitan2 yang dihadapi AM dalam mengelola pelanggannya.

Saudara,
Dalam bekerja, melayani sesama baik di kantor tempat kerja, di komunitas kita yang lain juga dalam persekutuan gereja atau di manapun kita ditempatkan  seharusnya kita siap untuk bukan saja tidak dihargai tetapi siap juga untuk ditolak.   Sebagaimana teladan Yesus dalam pelayananNya,  Ia banyak mendapatkan penolakan, bahkan dikhianati dan dibunuh.

Demikian juga kita, hendaknya siap untuk tidak dihargai ataupun ditolak.  Integritas kita diuji dalam kesetiaan melakukan tugas dengan baik sekalipun tidak ada orang lain yang memperhatikan ataupun menghargainya. Kesadaran akan tanggung jawab pada Sang Ilahi sebagai pemberi mandat untuk kita kerjakan jauh lebih penting dari pada perhatian dan penghargaan dari manusia.

Teladan Yesus memberikan inspirasi bagi kita dalam melakukan karya pekerjaan kita di sepanjang hidup kita.  Lakukanlah seperti yang difirmankanNya “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar“ (Lukas 16:10).

Tuhan memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar