Jaman masih sekolah/ kuliah dulu, mungkin Matematika menjadi pelajaran yang
paling sulit bagi kita pada umumnya. Bahkan apabila ada jadwal
pelajaran itu, mungkin kita sengaja mbolos tidak mengikutinya, atau kita merasa
ketakutan duluan ketika Bapak/Ibu Guru Matematika hendak masuk ruang
kelas. Tapi Itu duluuu...
Sekarang... ternyata masih juga pusing tujuh keliling untuk menjawabnya ketika anak atau keponakan kita bertanya tentang pelajaran itung2an itu. Yah... begitulah Matematika. Lebih baik berpikir ke lain hal yang lebih enak dan tidak memusingkan kepala.
Bicara tentang Matematika, ini merupakan sebuah ilmu pasti yang
menjadi dasar dari ilmu2 lainnya seperti Fisika, Akutansi, Statistika, dsb. Bisa
dikatakan Matematika menjadi ibu dari segala ilmu. Dan sepertinya
ilmu ini hanya berisi tentang mainan perhitungan angka2 yang menguras otak, dan
kita diajak bagaimana berpikir logika saja. Kelihatannya tidak ada kaitannya
dengan masalah sosial, relasi antar manusia apalagi kehidupan rohani
kita.
Tapi Saudara, dibalik rumus2 logika matematika ada filosofinya lho! Pernah
nggak kita berpikir;
1. Mengapa PLUS di kali
PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali
PLUS, atau sebaliknya PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali
MINUS hasilnya PLUS?
Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH
· Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang
BENAR.
Rumus matematikanya : + x + = +
· Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan
SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus
matematikanya : + x – = - atau – x + = -
· Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang
BENAR.
Rumus matematikanya : – x – = +
Saudara,
Dari Matematika ternyata terkandung makna yang bisa kita ambil sebagai
pelajaran hidup. Oleh karenanya mari kita ambil hikmahnya dari
filosofi matematika ini dengan melakukan dan menyatakan kebenaran, kebenaran
yang asalnya dari Tuhan. Jangan pesimis, pusing dan ragu2 untuk
menyatakannya. Kebenaran seperti pernyataan Yesus sendiri yang tidak
bisa dikompromikan, "Akulah jalan
dan kebenaran dan hidup, Tidak ada seorang pun yang datang kapada Bapa, kalau
tidak melalui Aku" (Yoh. 14:6). Hanya ada satu jalan
kepada Bapa – yaitu melalui Yesus sendiri. Tidak ada pengecualian
dari klaim ini.
Kita tentu bisa belajar dan melakukan kebenaran itu dalam setiap kehidupan
kita pribadi lepas pribadi. Banyak orang pandai berkhotbah,
memberitakan hal kebaikan dan kebenaran, tetapi Ia sendiri pada kenyataannya
tidak bisa melakukannya, seperti “Gajah diblangkoni” iso
kojah raiso nglakoni. Ungkapan ini bisa menjadi refleksi kita
semua, jangan hanya bisa memberitakan dan mengajar tentang kebenaran/ kebaikan
kepada orang lain tapi kita sendiri tidak melakukannya.
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar