Jumat, 06 Februari 2015

Hanya Kasih dan KaruniaNya

Shalom Saudara,
Sering kita mendengar istilah “upahmu besar di Sorga” atau orang menyebutnya “pahala”.  Apa sih sebenarnya maknanya?  Benarkah pahala itu sesuatu yang begitu penting agar  nantinya diperkenankan untuk masuk ke Sorga? Jika itu maksudnya, berarti hukumnya wajib dong untuk melakukan sesuatu agar mendapatkannya? ... benarkah begitu?    

Untuk menjawab itu, ada satu Ilustrasi:
Seorang pria meninggal dunia. (Ia orang baik sebenarnya, tapi suka protes dan tidak mau kalah kalau berdebat, walaupun kadang pendapatnya kurang/tdk pas).  Dalam perjalanan ke alam baka, tibalah ia di pintu gerbang Sorga. Ia bertemu Malaikat penjaga pintu Sorga, Malaikat itu mengatakan “Perlu 100 poin untuk bisa masuk ke Sorga. Oleh karena itu ceritakan semua hal yang baik yang telah kamu lakukan selama hidup di dunia, dan akan aku beri poin untuk setiap perbuatan baikmu itu.  Nanti jika telah mencapai 100 poin maka kamu boleh masuk!”  
Lalu, pria itu mulai bercerita;  “Saya menikah dengan wanita yang sama selama 50 tahun sampai maut memisahkan kami, selama itu tidak pernah berselingkuh bahkan dalam hatipun tidak.”  “Itu bagus” kata Malaikat, “saya kasih 3 poin.”   “Kok cuma 3 poin, kata pria itu heran?”
“Ya, saya selalu menghadiri ibadah di gereja sepanjang hidup saya dan terlibat aktif dalam persekutuan jemaat, persembahan perpuluhanku tak pernah kulupakan dan melakukan pelayanan jemaat lainnya” lanjutnya.   “Hebat itu” kata Malaikat, “Bagus..bagus dan tambahan 2 poin untukmu. 
Pria itu masih keheranan kok hanya sedikit poinnya?.  Lalu ia mulai protes kepada Malaikat, dengan mengatakan “seharusnya poinnya besar donk!”,  sifat aslinya mulai muncul.
“Bagaimana dengan ini; “Saya menjadi pengurus pembinaan rohani di kantor,  yang selalu aktif dalam pelayanan yang diadakannya, selalu mengingatkan kepada temen2 lain untuk mengikuti dan menghadirinya”.  “Itu juga bagus” tambahan 1 poin untukmu. “Yah ..1 poin?”   Kok cuma 1, ia menggerutu sambil mengajukan protes kembali.  Malaikat dengan tenang menanggapinya, “Ternyata nama panggilanmu memang sesuai dengan sifatmu ya.. Kandani Ngeyel Waton Suloyo (Daniel Waluyo)” sambil menahan marah, Malaikat mengingatkan lagi aturannya “Yang berkuasa di sini aku bukan kamu, ayo lanjutkan ceritamu!”
Dengan sedikit ketakutan karena hardikan Malaikat, pria itu melanjutkan ceritanya, dan ketika ia merasa telah habis perbuatan baiknya, iapun mulai gelisah-resah,  “Mustahil aku bisa mencapai 100 poin seperti dipersyaratkan itu”.
Akhirnya, ia mulai menangis sambil jongkok memohon, “Tuhan, Tuhan... tolonglah aku, aku tidak mungkin bisa mencapai 100 poin untuk bisa masuk Sorga, dan aku butuh kasih karuniaMu!.  Aku perlu anugerahMu Tuhaaan!”  Pria itu meminta dengan sungguh2 sambil terisak2.   Lalu, Malaikat itu mengulurkan tangannya dan berkata “Nah, gitu dong... ayo masuk!”

Saudara,
Dari ilustrasi di atas ada beberapa hal untuk perenungan kita :
Keselamatan, kita mengimani bahwa keselamatan sorgawi adalah pemberian Tuhan karena iman kepadaNya.   Bukan karena kebaikan  dan jerih payah kita yang menghasilkan berapa banyak jumlah “pahala” yang manusia rumuskan perhitungannya sendiri (balance system).

Dinyatakan dalam  Efesus 2:8-9  :
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah.  Itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

Perbuatan baik yang kita lakukan bukan karena ingin mendapat pahala, tetapi iman yang memotivasi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dan sebagai ucap syukur atas semua berkat kehidupan, terlebih berkat keselamatan kekal yang sudah Tuhan janjikan melalui pengorbanan Yesus Kristus kepada kita.  

Karakter / Watak, Karakter merupakan salah satu hikmat manusia. Sesuatu ciri atau sifat yang dimiliki manusia. Manusia tanpa karakter ibarat robot, kosong jiwa dan hatinya. Karakter bisa dibentuk dari latar belakang seseorang, misalnya pendidikan, kebiasaan2 relasi dengan lingkungan  sehari2, atau pola hidup lainnya.  Karakter atau watak akan terlihat bagaimana sikap kita dalam merespon sesuatu. Sikap kita inilah yang akan dicap sabagai brand image kita oleh orang lain.  Apakah brand image kita sudah exist  atau belum? Seberapa exist brand image kita ukurannya adalah seberapa bermanfaatnya kita bagi orang lain. 

Oleh karenanya, mari...  kita (pribadi-pribadi), jika Tuhan telah menyediakan, berjanji kepada kita akan karunia keselamatan kekal, maka sudah sepantasnyalah kita dekat denganNya, setia melakukan kehendakNya, dan  menjadikan karakter Kristus sebagai teladan  kita, yang bisa dan berguna (secara positif) bagi orang2 di sekitar kita.  Jangan pasif, ngeyelan atau malah menghindar, agar tidak dicap sebagai Daniel Waluyo J.

Tuhan memberkati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar