Selasa, 04 November 2014

Masalahku sukacitaku



Saudara terkasih,
Bekerja di  unit pelayanan coporate customer (EBIS) seperti yang saya rasakan saat ini, menjadi agak sedikit bervariasi dan multitask, istilah jawanya “lurah kraton; hangabei”. Semua hal yang terkait dengan pelanggan menjadi tugas sehari2. Malah banyak job tambahan di luar jobdesc saya.  Dari mulai mendampingi para account manager (AM) mencari dan memprospek pelanggan, membuat dan mendesain penawaran produk, mencari dan koordinasi internal untuk ketersediaan alat produksi (perangkat CPE, network dan koneksi/ link),  mengerange seminar, workshop atau gathering pelanggan, membuat makalah untuk memenuhi permintaan management spt ROSE, ROSA, ROSI atau apalah namanya, melototi target sales-reveneu dan bagaimana strategi untuk mencapainya, bagaimana meng-closebill-kan setiap hasil sales, dan hal2 lain yang sering serba mendadak seiring dengan permintaan pelanggan yang customize dan beragam, belum lagi ketika ada rekan kerja yang tidak seirama yg seolah malah menjadi ganjalan... dst. Memang menjadi agak sedikit menguras pikiran dan emosi.  Tapi ya..itulah dinamika pekerjaan. Suka ga suka tetap harus dilakukan.

Mungkin diantara kita saat ini, ada yang sedang dalam menghadapi pergumulan, masalah pekerjaan, rumah tangga, hubungan keluarga, dsb. Tentu pergumulan itu membebani  pikiran yang mungkin bisa mengganggu kita dalam beraktifitas.   Ya... pikiran kita tercurah untuk hal itu. Ketika kita kuat menghadapi setiap pergumulan atau masalah itu, ketika kita kuat menanggungnya, apalagi dengan melibatkan Tuhan dalam proses dan penyelesaiannya... itu sebenarnya yang menjadi kunci hidup bagaimana iman kita ditumbuhkan dan didewasakan oleh Tuhan.  

Tetapi terkadang tidak semua orang tahan memikul beban dari setiap masalah yang dihadapinya, sehingga banyak kita dapati pada akhirnya ia menjadi stress bahkan jatuh iman-rohaninya.  
Nah... persoalaannya adalah; bagaimana sikap kita sebagai anak2 Tuhan dalam menghadapi itu semua?  Apa yang akan kita lakukan dalam situasi seperti itu, supaya kita kuat menanggung dan menyelesaikan setiap masalah/pergumulan itu dengan suka cita?  

Saudara, mari kita cari jawabannya dengan belajar dari Alkitab. 
Dalam Yakobus 1:2-4 dikatakan;  

“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”

Firman ini mengingatkan kita dalam situasi pergumulan dan berbagai pencobaan menghantam kehidupan kita, hendaknya kita menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan atau hadiah, dan menjadi ujian iman kita agar menghasilkan ketekunan yang mendewasakan iman kita bahkan dapat berbuah, supaya kita menjadi sempurna dan utuh, tak kekurangan sesuatu apapun.    

Sepertinya enak, indah untuk didengar nasehat itu, tetapi sejujurnya tidak seenak dan semudah untuk dilakukan.   Mungkin reaksi pertama kita ketika mendapat terpaan kesulitan biasanya berupa keluhan, kekawatiran, keputusasaan, atau kepahitan,  dan bukan sukacita atau ucapan syukur.   Tapi itulah maksud Yakobus.  Kita perlu diuji, ditempa agar menghasilkan karakter iman yang kuat dalam menghadapi setiap permasalahan hidup. Ingat cerita bagaimana sebuah cincin emas, awalnya pasti memerlukan proses dibakar, ditempa, diukir sehingga pada akhirnya menjadi indah.  Seperti itulah hendaknya kita.

Kita mungkin membenci proses menjadi seperti Kristus, karena melibatkan rasa sakit, kesedihan, stres, pergolakan dan penolakan orang lain.  Namun, kita semua menginginkan kedewasaan rohani. Yakobus memberitahu kita untuk tidak berusaha keluar dari masa2 sulit terlalu cepat.  Sebab jika kita melakukannya, kita akan memutus prosesnya dan tetap menjadi bayi2 kecil yang belum dewasa.
Kita ingin kehidupan iman kita menjadi kokoh dan kuat, matang dan berkembang dengan baik. Kita bersedia untuk membiarkan pencobaan dan masalah menantang kehidupan iman kita supaya tetap sadar untuk senantiasa berada di jalan Tuhan hingga kita selesai nanti di dunia ini.


Saudara,
Setiap manusia hidup tentu mempunyai masalahnya sendiri.  Hidup kadang “sawang-sinawang”, kadang kita merasa bahwa masalah kita terlalu banyak dan sulit untuk kita hadapi sendiri, kita tidak mengerti bahwa di luar sana masalah orang lain jauh lebih berat dari masalah kita.   Oleh karenanya mari kita bersimpuh-berdoa untuk melibatkan Tuhan dalam hal ini.  Bertekunlah dalam kesulitan dan kesesakan, pasti akan ada berkah di kemudian hari, ada berkat dibalik itu semuanya   blessing in disguise  Mungkin ada berkat2 dari Tuhan yang kita tidak tahu.  Yang nanti pada saatnya baru kita mengerti apa maksud Tuhan untuk itu.

Hendaknya masalah atau pergumulan hidup bukan lagi menjadi beban bagi kita, dan mari kita jadikan hadiah terindah dari Tuhan untuk selalu bertekun sebagai ujian hidup kita dan pandanglah sebagai peluang atau kesempatan kita untuk melibatkan Tuhan dalam menyelasaikannya, agar kita semakin kuat, dapat menumbuhkan iman dan pengharapan kita kepada Tuhan.  Amin.

Tuhan memberkati.

1 komentar: