Saudara
terkasih,
“Ada seorang Pendeta muda yang sedang melayani di sebuah desa.
Pada suatu malam, ketika Pendeta ini hendak beristirahat, datanglah seorang
anak kecil berteriak-teriak memanggil Pendeta, ”Pak Pendeta...Pak Pendeta,
tolong saya, di rumah saya ada yang sakit, tolong Pak didoakan!” Sebenarnya Pak
Pendeta tersebut sudah sangat mengantuk dan lelah, tetapi karena rengekan anak
tersebut, dengan terpaksa maka berangkatlah Pak Pendeta. Sesampai di rumah anak
kecil tersebut, bertanyalah pendeta itu, ”Mana yang sakit?” Maka ditunjukkannya
seekor anak kerbau di pojok rumahnya, Pendeta itu melihat sambil menggerutu
dalam hatinya, ”Huh... ternyata aku cuma disuruh mendoakan seekor kerbau
begini.” Maka berdoalah Pendeta itu dengan disaksikan anak kecil tersebut, ”Kami doakan kerbau ini, kalau mau mati..
matilah, tapi kalau mau sembuh.. sembuhlah, amin!”.
Anak kecil itu sangat
berterima kasih kepada Pak Pendeta, berkat doanya, beberapa hari kemudian
kerbaunya telah sembuh. Sebagai ucapan
terima kasih, anak kecil tersebut membawa sebuah bingkisan kecil untuk Pak
Pendeta. Ternyata sesampai di rumah pendeta, anak tersebut mendapati Pak
Pendeta sedang tergolek sakit. Maka bertanyalah anak kecil tersebut, ”Bolehkah
saya mendoakan untuk kesembuhan Pak Pendeta?” Tentu saja boleh, anak manis”,
jawab Pendeta. Maka dengan kesungguhannya, berdoalah anak kecil itu,”Aku berdoa untuk Pendetaku, kalau mau mati..
matilah, tapi kalau mau sembuh.. sembuhlah, amin!”
Cerita bagaimana buah keteladanan. Keteladanan memang mudah menular bukan hanya bagi anak kecil tetapi juga bagi siapapun orangnya. Apapun yang diperbuat bisa diamati dan ditiru oleh orang lain. Keteladanan memang mempunyai daya yang kuat bagi siapapun.
Disadari atau tidak, orang lain di sekitar kita akan memperhatikan kita, bagaimana perilaku kita, karakter kita,dst. Terlebih jika kita menjadi newcomer/orang baru di lingkungan yang baru, seperti yang saya alami saat ini. Saya baru masuk ke lingkungan tempat kerja baru, dengan job baru, ketemu dengan orang2 yang baru saya kenal. Tentu harus bisa membawa diri dan sesegera mungkin menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru itu agar secepatnya dapat diterimanya. Mungkin orang lain akan “melihat” saya, siapa saya,dst. Dan sebaliknya, sayapun bisa “melihat dan belajar” dari mereka, siapa atau karakter mana yang bisa menjadi panutan, teladan bagi saya. Ya... kita bisa belajar dan dibentuk oleh keteladanan orang2 di sekitar kita. Apakah diri kita (sangat) diperlukan bagi mereka? Atau mungkin keberadaan kita kurang (tidak) diperlukan bagi lingkungan kita, artinya peran kita bisa digantikan orang lain tanpa adanya kita? Indikator2 ini sebenarnya yang menunjukkan kualitas keteladanan kita bagi lingkungan kita.
Saudara, kita bisa melihat di sekeliling kita, bagimana perilaku pimpinan dan teman2 kita yang bisa kita jadikan “teladan” bagi kita. Memang mereka juga tidak sempurna, tapi kita bisa cari sisi positifnya dan belajarlah dari mereka. Menjadi teladan bukan hanya milik pemimpin, tetapi semua orang berhak dan bisa menjadi teladan bagi lingkungannya. Karena sejatinya kita pribadi2 ini merupakan “teladan” minimal bagi keluarga kita, bagi temen2 kita, juga bagi lingkungan dimana kita hidup.
Menjadi
orang yang mampu memberi teladan bukanlah hal yang mudah. Banyak orang sering mengatakan, ”Turutilah nasihatku, turutilah
petunjukku, turutilah perintahku.” Tetapi jarang orang berani mengatakan”,
Turutilah teladanku.”, karena Kata2 ini mempunyai konsekuensi menuntut diri
sendiri untuk sungguh2 mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik. Menjadi
teladan berarti menuntut dirinya sendiri mewujudnyatakan apa yang dikatakan,
satunya kata dan perbuatan. Tidak
gampang memang utk melakukannya, mungkin bisa dimulai dari hal kecil yang biasa
kita lakukan. Atau coba buka dan
saksikan film ini www.youtube.com/watch?v=KFk0zs8JMDM
Saudara, di Alkitab, kita bisa belajar keteladanan dari orang2 kudus pelayan Tuhan. Bagaimana teladan Nuh, Abraham, Musa, Yosua, Henokh, sampai teladan Paulus, dst. Mereka mempunyai kartakter yang berbeda, tapi satu hal yang sama dan penting untuk kita teladani adalah dalam hal "Kesetiaan". Ya, kesetiaan untuk melakukan perintah dan kehendak Tuhan. Dan, teladan sejati dapat kita temui dalam diri Tuhan Yesus Kristus, Ia telah memberikan keteladanan gaya hidup kekristenan yang luhur. Ia hidup bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan segenap umat di dunia ini. Ia tidak mencari kemuliaan diri sendiri tetapi rela berkorban untuk keselamatan umat, meskipun Ia ditolak dan dikhianati. Salah satu teladan Yesus tentang bagaimana seharusnya kita hidup, kita bisa baca dan renungkan di Yohanes 13:1-17.
Lalu, bagaimana dengan kehidupan pribadi kita di komunitas kita masing2? Di lingkungan keluarga kita, atau di kantor misalnya, apakah kita bisa menjadi teladan bagi orang lain? Sudahkah kita memberikan keteladanan seperti yang Tuhan inginkan dari diri kita bagi orang lain?
Tuhan memberkati.
Thank ya bosku sudah diberikan info yang menarik ini dan kunjungi juga website kamiya bos ku^^
BalasHapusobat diabetes
obat diabetes de nature
obat diabetes herbal
obat diabetes alami
obat diabetes di apotik
obat diabetes basah
obat diabetes kering