Sabtu, 19 Juli 2014

Jagalah Hatimu



Jagalah hati, jangan kau kotori
Jagalah hati, lentera hidup ini
Jagalah hati, jangan kau nodai
Jagalah hati, cahaya illahi...
Penggalan syair lagu yang sering kita dengar hari2 ini sampai lebaran nanti.

Saudara,
Kalau hari2 ini Saudara2 kita kaum Muslim sedang menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan ini, mereka belajar untuk menahan lapar, menahan emosi dan menjaga hatinya dari keinginan2 dan nafsu duniawi.  Tentu kita sebagai sesama umat Tuhan menghargai dan menghormatinya.  Kita bisa ambil sisi positif dan belajar dari sikap mereka ini untuk kita implementasikan dalam hidup keseharian dihadapkan pada masalah, pergumulan kita saat ini. 

Kadang kita merasa bahwa kursi itu tidak empuk untuk diduduki, ruangan kantor itu sepertinya gerah, sumpek untuk dimasuki apalagi untuk tempat kerja. Kita juga kerap merasa rumah itu tidak nyaman untuk didiami.  Sering juga kita merasa seperti orang asing di lingkungan kita sendiri, setiap orang seolah tak bersahabat terhadap kita, tatapan mereka seperti mau menelan kita hidup2, dlsb... Hal2 seperti inilah seharunya menjadi warning bagi kita.

Dihadapkan pada situasi yang demikian ini kita perlu memeriksa diri, introspeksi. Masalah sering terletak bukan apa yang ada diluar diri kita tetapi sebaliknya apa yang nyata ada dalam hati kita.  Kalau hati kita tidak tenang, bergejolak, merasa gerah, sumpek, tidak nyaman di manapun kita berada, kita akan merasa gersang. Kalau hati kita diselimuti kegelisahan, kecemasan dan ketakutan hal itu seperti berdiam di dekat api yang membara.

Ada ungkapan “Hatimu adalah cermin terbaik untuk dirimu”. Ya... di dalam hati kita tersimpan semua jawaban atas pertanyaan kehidupan. Kalau selama ini kita sering mempertanyakan orang lain cobalah kali ini bertanya pada diri kita sendiri.
“Bukan lagi ada apa dengan dirimu, namun ada apa dengan diriku?”  

Kalau kita dapat mempersepsikan secara positif setiap action, setiap pengaruh dari luar dan kita bisa berdamai dengan diri sendiri, kita akan mampu menciptakan ketenangan, keteduhan, dan kedamaian dalam hati kita.  Tidak mudah memang memrosesnya, tapi harus terus dicoba dan dilakukan. Ingat! ada kawan sejati kita yang selalu setia dan siap menolong, menemani kita, Roh Kudus sang konselor kita. Mintalah advis padaNya. Dan, jangan biarkan riak hidup menguasai diri kita, jangan biarkan masalah menggerogoti pikiran, hati dan perasaan kita. Bukankah kesusahan sehari untuk sehari dan besok punya kesusahan sendiri.

Ketika kita menyerah dengan segala situasi dan kondisi saat itulah kita merasa gersang, hampa di mana pun kita berada, walau kasur tempat tidur kita berlapis sangat empuk sekalipun kita tidak akan bisa nyenyak tidur kalau hati kita diamuk badai dan pikiran kita diliputi kecemasan. Sebaliknya ketika kita mampu menciptakan hati yang “berbunga”, hati yang teduh segala kondisi di sekitar kita tidak akan mampu mengusik jiwa, merasuki pikiran dan mencederai perasaan kita.

Ketika kita mampu menciptakan ruang yang nyaman untuk semua orang. Logikanya kalau diri kita sudah “harum” bagaimanapun kondisi dan situasi di sekitar kita, kita akan tetap harum dan bahkan  bisa mengharumi sekitarnya. Bukan sebaliknya, selalu mengkritisi segala sesuatu tanpa melihat diri bahwa kita juga tdk sempurna, apalagi merespon untuk memperbaikinya.  Lihatlah diri kita, teroponglah perasaan, tatalah, jagailah hati kita.
Suatu cerita nyata bagaimana menjaga hati dengan kelembutan:
Santo Klemens Hofbauer dari Vienna sedang mengumpulkan uang bagi para yatim yang ayahnya meninggal dalam perang napoleon.  Dia memasuki restoran, dimana ada tiga pria sedang bermain kartu, dan meminta sumbangan pada mereka.   Salah seorang dari mereka memaki dan meludahi wajahnya.
Hofbauer dengan tenang mengambil sapu tangan, mengusap air ludah dari pipinya, dan tanpa kelihatan marah sedikitpun, Ia berkata “Jadi, itu untuk saya pak, lalu apakah masih ada sesuatu untuk anak yatim?”
Pemain kartu yang jahat tadi begitu kaget sehingga dia merogoh sakunya dan memberikan semua uangnya kepada orang suci itu.  -Tonne-
 
Semoga kita dimampukan untuk menjaga hati dan menjadi “pengharum” bagi lingkungan kita.

Tuhan memberkati

1 komentar: