Saudara
terkasih,
Beberapa waktu lalu ketika saya mengikuti ibadah pemakaman salah satu
teman kantor, dalam acara itu ada penghiburan dari paduan suara gereja yang
menyanyikan lagu “Tuhan menjagamu”. Lagu
mengalir lembut enak didengar, yang membuat saya merinding merasakan dan
menikmati alunan lagu itu, meresapi syairnya yang seolah pas banget dengan suasana
kesedihan saat itu.
Kira2 sebulan setelah itu, terdengar khabar yang menghenyakkan ketika adik
saya memberitahukan bahwa ibu saya koma, dan telah dibawa dan dirawat di ICU di
salah satu rumah sakit di Solo. Ibu saya sudah tidak sadar lagi dan ditopang
oleh banyak peralatan medis, matanya membuka tetapi dengan tatapan kosong,
hanya terdengar nafasnya yang sudah
tidak teratur lagi, rasanya sedih, getir melihat itu semua .
Saat di ruang ICU
itulah saya mendampinginya sambil menyanyikan lagu “Tuhan menjagamu”, dan sepertinya
ibu masih mendengarkan pujian itu dan meresponnya dengan mengeluarkan air
matanya. Terus... berulang2 saya nyanyikan lagu itu dg
membisikkan ke telinga ibu, sementara hanya kepedihan dan kesesakan yang saya
rasakan saat itu.
Apapun juga
menimpamu,
Tuhan menjagamu.
Naungan kasihNya pelindungmu,
Tuhan menjagamu.
Tuhan menjagamu.
Naungan kasihNya pelindungmu,
Tuhan menjagamu.
Tuhan menjagamu waktu tenang atau tegang,
Ia menjagamu, Tuhan menjagamu...
Ia menjagamu, Tuhan menjagamu...
www.youtube.com/watch?v=7Yrs8mlNgxc
Waktu berlalu dan pada menit2 terakhir dimana ibu hendak meninggalkan kami semua. Kami sekeluarga merasakan kesedihan itu. Bapak saya sepertinya sudah merasakannya bahwa
ibu sebentar lagi akan tiada, dia berpesan kepada kami anak2nya; relakan hati
kita masing2 “sumendhe ing Gusti” karena ibu sebentar lagi akan dipanggil Bapa
Sorga, kalau mau menangis menangislah di sini sepuasmu tumpahkanlah sedihmu
saat ini juga, tapi besok pada saat ibadah penghiburan nanti tersenyumlah. Dan...., tumpahlah tangis kami sekeluarga
ketika diberitahu staf medis ruang ICU bahwa ibu sudah tiada, ibu sudah
dipanggil Bapa Sorgawi. Suatu peristiwa
yang belum pernah saya rasakan sepedih ini sebelumnya, Ibu yang sangat kami
cintai dan hormati telah meninggalkan kami selamanya. Selamat selamat jalan ibu... Tuhan menjagamu
menuju Sorga.
Saudara,
Bagi kita yang ditinggal pergi keluarga yang kita sayangi itu dan masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menjalani hidup di dunia ini, apa yang dapat kita
refleksikan dengan peristiwa seperti ini. Bagaimana kita mengisi har2 kita setelah itu?
Setiap kita yang ditinggal orang2
yg kita kasihi, kita sayangi tentu merasa sedih, sedih karena harus berpisah selamanya
di dunia ini. Suatu hal yang wajar
karena ada perpisahan, perpisahan yang mungkin belum siap kita hadapi. Tapi Saudara, kita percaya dan meyakini bahwa anak2 Tuhan
kelak pada saatnya nanti ketika dipanggil Tuhan untuk meninggalkan dunia ini akan tinggal diam
bersama Tuhan di Sorga, Tuhan menjaga dalam
kekekalan seperti firman Tuhan dalam 2 Korintus 5:1 dikatakan "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman
kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di
sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh
tangan manusia."
Kita ini manusia fana pasti akan menuju pada
kematian, yang pada akhirnya nanti semua akan
menghadap takhta pengadilan Kristus. Oleh
karena itu Saudara, mari kita isi hidup kita ini dengan hidup seturut dengan
Tuhan, hidup yang takut akan Tuhan, meneladani hidup Kristus dan sahabat2Nya
dalam melayani dan menjadi saluran berkat bagi orang lain dalam setiap hidup
pribadi2 kita ini dimanapun kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun, supaya pada saat penghakiman terakhir nanti
kita juga mendapat kekekalan seperti yang dinyatakan dalam 2 Korintus 5:10 “Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh
apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini,
baik ataupun jahat.”
Kematian
bukan sesuatu peristiwa yang harus kita responi dengan kesedihan yang panjang,
kematian juga bukan suatu peristiwa yang menakutkan bagi kita, karena kita tahu
bahwa “bagi kita hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”
Semoga
renungan ini dapat menguatkan diantara kita
Tuhan
memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar