”
Ingin Berinvestasi Akhirat? Ikutilah Employee Spiritual Ownership
Program dengan Menyisihkan Gaji untuk Pembangunan... (disebutkan gedung
tempat ibadah), dst.”
Demikian running text di salah satu website yang sempat saya baca. Ada satu hal yang menggelitik bagi saya... “investasi akhirat” rasanya kok jauuuuh banget ya? Tapi, coba mari kita buat perenungan, barangkali ada yang bisa kita petik untuk pelajaran hidup kita.
Saudara terkasih,
Apa yang bisa kita refleksikan pada diri kita dihadapkan pada kata “investasi akhirat”. Setuju dg istilah itu? Perlukah hal itu? Lalu, jika perlu, sudahkah kita lakukan? Pertanyaan2 yang masih “debatable” yang perlu kita pergumulkan sebelum menjawab dan melakukannya. Kita bisa melihat kembali pada kehidupan kita (diri masing2 pribadi) bagaimana dan apakah cara hidup, perilaku kita selama ini, sudah sesuai dengan ajaran /kehendak Tuhan? Sudahkah kita melakukan seperti yang Tuhan perintahkan? Suatu pertanyaan yang bisa kita jawab hanya oleh kita pribadi. Seperti itukah yang dimaksud investasi akhirat?
“Investasi di akhirat” mungkin bukan masalah seberapa kemampuan kita melakukan kebaikan agar mendapat penghargaan untuk mendapat proritas akses di akhirat nanti, tetapi lebih kepada kesungguhan hati untuk percaya dengan keberadaan Tuhan dengan melakukan kehendakNya (ada komitmen dan aksi secara kontinyu di sepanjang hidup kita) dan tetap setia KepadaNya sebagai ucap syukur atas berkat, pemeliharaanNya. Urusan akhirat itu otoritas Tuhan dan kita tidak mampu mengintervensi kesana, jadi tidak perlu berpikir berat tentang hal itu, hanya percaya dan fokus pada teladan dan ajaran Yesus Tuhan kita, serta melakukannya seperti yang difirmankanNya semampu yang kita mampu lakukan, ...itu saja.
Tulisan berikut ini mungkin bisa menginspirasi kita untuk melakukan itu :
“Dulu, aku pernah sangat kagum pada manusia cerdas, kaya, berhasil dalam karir hidup dan hebat dalam dunianya..., Sekarang, aku memilih mengganti kriteria kekagumanku, aku kagum dengan manusia yang hebat di mata Tuhan. Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa dan bersahaja.
Dulu, aku memilih marah karena merasa harga diriku dijatuhkan ketika orang lain berlaku kasar kepadaku, menggunjingku dan menyakitiku dengan kalimat2 sindiran.... , Sekarang, aku memilih untuk bersyukur dan berterima kasih, karena kuyakin ada kasih yang datang dari mereka ketika aku mampu untuk memaafkan dan bersabar.
Dulu, aku memilih mengejar dunia dan menumpuknya sebisaku.... Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan dan minum untuk hari ini dan bagaimana cara membuangnya dari perutku..., Sekarang, aku memilih bersyukur dengan apa yang ada dan memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini dengan kasih dan bermanfaat untuk sesama.
Dulu, aku berpikir bahwa aku bisa membahagiakan orang tua, saudara dan teman2ku kalau aku berhasil dengan duniaku... Ternyata, yang membuat kebanyakan dari mereka bahagia adalah bukan itu melainkan sikap, tingkah dan sapaanku kepada mereka..., Sekarang, aku memilih untuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.
Dulu, pusat pikiranku adalah membuat rencana2 dahsyat untuk duniaku... Ternyata aku menjumpai teman dan saudara2ku begitu cepat menghadapNya... Sekarang, yang menjadi pusat pikiran dan rencanaku adalah bagaimana mempersiapkan diri dan terutama hatiku agar aku selalu siap jika suatu saat nanti namaku dipanggil olehNya.
Tak ada yang dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati teriknya matahari besok.
Tak ada yang bisa memberi jaminan bahwa aku masih bisa menghirup nafas esok hari.
Kalau hari ini dan esok aku masih bisa hidup, itu semata2 hanya Anugerah Tuhan”
Semoga kita dimampukan untuk setia melakukan kehendak Tuhan hari lepas hari dalam setiap kehidupan kita sampai pada kesudahannya nanti ketika kita dipanggil bersamaNya dalam kemuliaanNya. Saat ini, Tuhan mau kita hidup setia, setia pada firmanNya, mengandalkan Dia, dan selalu siap untuk dikoreksi melalui firmanNya.
Tuhan memberkati.
Demikian running text di salah satu website yang sempat saya baca. Ada satu hal yang menggelitik bagi saya... “investasi akhirat” rasanya kok jauuuuh banget ya? Tapi, coba mari kita buat perenungan, barangkali ada yang bisa kita petik untuk pelajaran hidup kita.
Saudara terkasih,
Apa yang bisa kita refleksikan pada diri kita dihadapkan pada kata “investasi akhirat”. Setuju dg istilah itu? Perlukah hal itu? Lalu, jika perlu, sudahkah kita lakukan? Pertanyaan2 yang masih “debatable” yang perlu kita pergumulkan sebelum menjawab dan melakukannya. Kita bisa melihat kembali pada kehidupan kita (diri masing2 pribadi) bagaimana dan apakah cara hidup, perilaku kita selama ini, sudah sesuai dengan ajaran /kehendak Tuhan? Sudahkah kita melakukan seperti yang Tuhan perintahkan? Suatu pertanyaan yang bisa kita jawab hanya oleh kita pribadi. Seperti itukah yang dimaksud investasi akhirat?
“Investasi di akhirat” mungkin bukan masalah seberapa kemampuan kita melakukan kebaikan agar mendapat penghargaan untuk mendapat proritas akses di akhirat nanti, tetapi lebih kepada kesungguhan hati untuk percaya dengan keberadaan Tuhan dengan melakukan kehendakNya (ada komitmen dan aksi secara kontinyu di sepanjang hidup kita) dan tetap setia KepadaNya sebagai ucap syukur atas berkat, pemeliharaanNya. Urusan akhirat itu otoritas Tuhan dan kita tidak mampu mengintervensi kesana, jadi tidak perlu berpikir berat tentang hal itu, hanya percaya dan fokus pada teladan dan ajaran Yesus Tuhan kita, serta melakukannya seperti yang difirmankanNya semampu yang kita mampu lakukan, ...itu saja.
Tulisan berikut ini mungkin bisa menginspirasi kita untuk melakukan itu :
“Dulu, aku pernah sangat kagum pada manusia cerdas, kaya, berhasil dalam karir hidup dan hebat dalam dunianya..., Sekarang, aku memilih mengganti kriteria kekagumanku, aku kagum dengan manusia yang hebat di mata Tuhan. Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa dan bersahaja.
Dulu, aku memilih marah karena merasa harga diriku dijatuhkan ketika orang lain berlaku kasar kepadaku, menggunjingku dan menyakitiku dengan kalimat2 sindiran.... , Sekarang, aku memilih untuk bersyukur dan berterima kasih, karena kuyakin ada kasih yang datang dari mereka ketika aku mampu untuk memaafkan dan bersabar.
Dulu, aku memilih mengejar dunia dan menumpuknya sebisaku.... Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan dan minum untuk hari ini dan bagaimana cara membuangnya dari perutku..., Sekarang, aku memilih bersyukur dengan apa yang ada dan memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini dengan kasih dan bermanfaat untuk sesama.
Dulu, aku berpikir bahwa aku bisa membahagiakan orang tua, saudara dan teman2ku kalau aku berhasil dengan duniaku... Ternyata, yang membuat kebanyakan dari mereka bahagia adalah bukan itu melainkan sikap, tingkah dan sapaanku kepada mereka..., Sekarang, aku memilih untuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.
Dulu, pusat pikiranku adalah membuat rencana2 dahsyat untuk duniaku... Ternyata aku menjumpai teman dan saudara2ku begitu cepat menghadapNya... Sekarang, yang menjadi pusat pikiran dan rencanaku adalah bagaimana mempersiapkan diri dan terutama hatiku agar aku selalu siap jika suatu saat nanti namaku dipanggil olehNya.
Tak ada yang dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati teriknya matahari besok.
Tak ada yang bisa memberi jaminan bahwa aku masih bisa menghirup nafas esok hari.
Kalau hari ini dan esok aku masih bisa hidup, itu semata2 hanya Anugerah Tuhan”
Semoga kita dimampukan untuk setia melakukan kehendak Tuhan hari lepas hari dalam setiap kehidupan kita sampai pada kesudahannya nanti ketika kita dipanggil bersamaNya dalam kemuliaanNya. Saat ini, Tuhan mau kita hidup setia, setia pada firmanNya, mengandalkan Dia, dan selalu siap untuk dikoreksi melalui firmanNya.
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar