Sabtu, 10 November 2012

Beda Pendapat, bagaimana menyikapinya



Syalom Saudara…
Dalam hidup, tentu kita pernah mengalami dan menghadapi perbedaan, singgungan, friksi bahkan perselisihan dengan rekan sekerja, tetangga, keluarga, kawan2 dan orang lain di sekitar kita.   Perbedaan, jika disikapi secara positif sebenarnya bisa  membuat indah karena saling melengkapi.    “Hidup penuh warna membuat hidup semakin hidup”   Ya... memang demikian seharusnya.   Namun kadang  karena diri merasa paling pintar, paling berkuasa, paling jago dst. membuat “perbedaan”  menjadi suatu masalah besar.


Beda pendapat, suatu hal yang biasa namun kalau tidak kita sikapi dengan arif bisa merugikan diri kita ketika perbedaan itu menjadi perselisihan bahkan pertengkaran.  Kita masing2 memiliki kepribadian yang berbeda, latar belakang berbeda,  pola pikir untuk menyelesaikan masalah berbeda, cara menghadapi persoalan berbeda, sehingga pada saat2 tertentu bisa saja terjadi  gesekan akibat dari berbagai perbedaan tersebut.

Dihadapkan pada hal2 seperti itu kita perlu hati2 dalam bersikap.  Tidak perlu harus gontok2an – udruk2an dulu dengan teman sendiri.  Nah, untuk mencari pencerahan akan hal ini, mari kita belajar dari firman Tuhan.

Dalam  Yakobus 1: 19, dinyatakan ;
"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini:   setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah"

Yakobus mengingatkan sebuah ayat yang rasanya pas sekali dalam hal ini.  Ada 3 point yang dapat kita jadikan acuan untuk menjaga situasi agar tidak berkembang lebih parah lagi dengan adanya perbedaan pendapat, yaitu : Cepat mendengar, Lambat berkata-kata dan Lambat untuk marah.

Ada waktu  kita harus berbicara, namun ada juga waktu dimana kita harus menjadi pendengar yang baik, yang mampu mendengar dengan cepat sebelum menarik kesimpulan.   Hati yang cepat mendengar  bisa  membuat kita mampu melihat dengan lebih jelas permasalahan dari sudut pandang orang lain. 

Kita perlu introspeksi, memahami suatu perkara terlebih dahulu sebelum berpendapat, sebaiknya hilangkan ego, kesombongan diri, merasa yang paling benar, yang paling jago, yang paling pinter dsb.  Apalagi merespon dengan emosi, menuduh, menghakimi tanpa mempertimbangkan kejadian sebelumnya dan akibat sesudahnya.  Mungkin pendapat kita  benar, tapi bisa tidak benar bagi orang lain.  Perlu hati yang sabar untuk menghindarkan kita dari amarah berlebihan yang akan merusak diri kita sendiri dan menyakiti orang lain.

Saudara, ingat cerita telur dan ayam, mana lebih dulu ada?  Mungkin seperti itulah kira2 bagaimana   melihat suatu perkara antara sudut pandang/ persepsi dan cara kita berpendapat  dibandingkan dengan sudut pandang orang lain.

Saudara terkasih,
Memandang suatu masalah hanya dari  satu sisi tertentu saja, atau hanya melakukan perbandingan secara sederhana bisa jadi menimbulkan kesalahpahaman, bahkan dapat menimbulkan teori-teori yang konyol.     Ketika kita menghadapi suatu kondisi yang tidak sesuai dengan pendapat atau pikiran kita, sebaiknya biasakan diri kita untuk mendengar sesuatu secara lengkap terlebih dahulu, jangan terlalu cepat menghakimi, menuduh dan menyimpulkan sesuatu dan jangan terburu nafsu untuk meluapkan kemarahan.  Berselisih itu wajar, bertengkar itu biasa, tapi jangan sampai menimbulkan masalah yang dapat merugikan diri kita dan orang lain, apalagi sampai melakukan perbuatan yang tidak diperkenankan Allah. 

Mari kita belajar untuk menjadi orang yang cepat mendengar, lambat berkata-kata dan lambat untuk marah.   Amin.

Tuhan memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar