Syalom
Saudara…
Dalam
hidup, tentu kita pernah mengalami dan menghadapi perbedaan, singgungan, friksi
bahkan perselisihan dengan rekan sekerja, tetangga, keluarga, kawan2
dan orang lain di sekitar kita. Perbedaan, jika disikapi secara positif
sebenarnya bisa membuat indah
karena saling melengkapi. “Hidup
penuh warna membuat hidup semakin hidup”
Ya... memang demikian seharusnya. Namun kadang
karena diri merasa paling pintar, paling berkuasa, paling jago dst.
membuat “perbedaan” menjadi suatu
masalah besar.
Beda pendapat, suatu hal yang biasa namun kalau
tidak kita sikapi dengan arif bisa merugikan diri kita ketika perbedaan itu
menjadi perselisihan bahkan pertengkaran.
Kita masing2 memiliki kepribadian yang berbeda, latar belakang
berbeda, pola pikir untuk menyelesaikan
masalah berbeda, cara menghadapi persoalan berbeda, sehingga pada saat2
tertentu bisa saja terjadi gesekan
akibat dari berbagai perbedaan tersebut.
Dihadapkan
pada hal2 seperti itu kita perlu hati2 dalam bersikap. Tidak perlu harus gontok2an – udruk2an dulu
dengan teman sendiri. Nah, untuk mencari
pencerahan akan hal ini, mari kita belajar dari firman Tuhan.
Dalam Yakobus 1: 19, dinyatakan ;
"Hai
saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat
untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah"
Yakobus
mengingatkan sebuah ayat yang rasanya pas sekali dalam hal ini. Ada 3 point yang dapat kita jadikan acuan
untuk menjaga situasi agar tidak berkembang lebih parah lagi dengan adanya
perbedaan pendapat, yaitu : Cepat mendengar, Lambat berkata-kata dan Lambat
untuk marah.
Ada
waktu kita harus berbicara, namun ada
juga waktu dimana kita harus menjadi pendengar yang baik, yang mampu mendengar
dengan cepat sebelum menarik kesimpulan.
Hati yang cepat mendengar
bisa membuat kita mampu melihat
dengan lebih jelas permasalahan dari sudut pandang orang lain.
Kita
perlu introspeksi, memahami suatu perkara terlebih dahulu sebelum berpendapat, sebaiknya
hilangkan ego, kesombongan diri, merasa yang paling benar, yang paling jago,
yang paling pinter dsb. Apalagi merespon
dengan emosi, menuduh, menghakimi tanpa mempertimbangkan kejadian sebelumnya
dan akibat sesudahnya. Mungkin pendapat
kita benar, tapi bisa tidak benar bagi
orang lain. Perlu hati yang sabar untuk
menghindarkan kita dari amarah berlebihan yang akan merusak diri kita sendiri
dan menyakiti orang lain.
Saudara,
ingat cerita telur dan ayam, mana lebih dulu ada? Mungkin seperti itulah kira2 bagaimana melihat suatu perkara antara sudut pandang/
persepsi dan cara kita berpendapat dibandingkan dengan sudut pandang orang lain.
Saudara terkasih,
Memandang suatu masalah hanya dari satu sisi tertentu saja, atau hanya melakukan
perbandingan secara sederhana bisa jadi menimbulkan kesalahpahaman, bahkan
dapat menimbulkan teori-teori yang konyol.
Ketika kita menghadapi suatu kondisi yang tidak sesuai dengan pendapat
atau pikiran kita, sebaiknya biasakan diri kita untuk mendengar sesuatu secara
lengkap terlebih dahulu, jangan terlalu cepat menghakimi, menuduh dan
menyimpulkan sesuatu dan jangan
terburu nafsu untuk meluapkan kemarahan.
Berselisih itu wajar, bertengkar itu biasa, tapi jangan sampai
menimbulkan masalah yang dapat merugikan diri kita dan orang lain, apalagi sampai
melakukan perbuatan yang tidak diperkenankan Allah.
Mari
kita belajar untuk menjadi orang yang cepat
mendengar, lambat berkata-kata dan lambat untuk marah. Amin.
Tuhan
memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar