“Orang
bodoh kalah sama orang pintar, orang pintar kalah sama orang bejo”. begitu bunyi salah satu iklan. Bejo itu artinya orang yang selalu
beruntung, bernasib baik. Tidak ada yang salah dengan iklan ini, karena memang
tidak ada yang bisa melawan “nasib baik”.
Tapi apa ya seperti itu terus,
nasib baik apa selalu mengikuti? Manusia dalam perjalanan hidupnya tentu
mengalami pasang-surut dalam dinamika kehidupan dunianya, ada saat senang-bahagia
tapi ada juga saat susah-sulit.
Semua
orang pasti pengin hidupnya bahagia. Apakah kita saat ini bahagia? bahagia yang
bagaimana? Atau malah sedang menghadapi persoalan hidup yang belum
terselesaikan secara tuntas yang mengganggu pikiran dan aktifitas kita, sehingga kita tidak merasa bahagia? Atau bagaimana? Tentu kita pribadi yang dapat merasakannya.
Ada
suatu cerita bagaimana memaknai “kebahagiaan” ;
Seorang hamba yang sedang galau melakukan dialog
imajiner dengan Tuhannya. “Tuhan, Engkau tahu betapa kehidupan rumah tanggaku
terasa hampa, betapa kami tidak bahagia, padahal Engkau tahu selama ini semua
kewajiban telah aku tunaikan dengan baik, perbuatan2 baik lainnya yang dapat
membuat Engkau senang pun sudah kami lakukan. Tapi mengapa sampai hari ini buah
hati yang kami idamkan, yang akan menjadi penyempurna kebahagiaan rumah tangga
kami belum juga Engkau berikan ? Bukankah Engkau yang Maha Kuasa? Bukankah
Engkau yang selalu mengabulkan setiap doa?. Mengapa semua itu seolah tidak berlaku bagi
keluarga kami? Mengapa Engkau membiarkan keluarga kami tidak bahagia setelah
semua yang kami lakukan untuk-Mu?
Saudara terkasih,
Cerita ini mewakili potret kehidupan
kita pada umumnya. Kita ingin bahagia,
namun justru kita sendiri yang menghalangi datangnya kebahagiaan itu dengan memberi
batasan dan persyaratan tertentu. Pikiran kita hanya tertuju pada apa yang kita
inginkan, serta mengabaikan hal-hal lain yang jauh lebih penting di sekeliling
kita.
Kadang tanpa kita sadari kalau
Tuhan sungguh sangat baik, bukankah begitu banyak berkat yang telah kita terima
selama ini? Kesehatan; agar kita bisa
menikmati hidup, Tempat tinggal; agar kita merasa aman terlindung di dalamnya,
Pasangan hidup; agar bisa berbagi rasa, Pekerjaan; agar bisa tenang memenuhi
kebutuhan hidup, bahkan dengan kesengsaraan dan kematian Yesus Kristus sebagai penggenapan
janji Tuhan untuk menjadi jalan keselamatan kita, Tuhan telah berikan kepada
kita?!
Seorang yang penuh syukur akan
senantiasa berterimakasih atas segala situasi, sedangkan seorang pengeluh akan selalu
mengeluh walaupun hidup dalam kenikmatan sekalipun” Mengapa kita membatasi kebahagiaan dengan
memberi persyaratan pada kebahagiaan kita sendiri?
Kebahagian macam apa yang menjadi syarat dalam hidup kita?
Ada
kawan saya “single” tapi merasa bahagia, sementara yang lain merasa belum
bahagia kalau belum punya pasangan. Kawan
lain merasa belum bahagia kalau belum punya anak perempuan walaupun sudah
dikaruniai 2 anak laki2 yang sehat dan lucu2, sementara masih banyak pasangan
yang belum punya anak? Seorang dengan
yang lain akan beda dalam memaknai kebahagiaan.
Sebelum lebih jauh kita mengambil
suatu kesimpulan tentang kebahagiaan, akan lebih baik mengetahui apa sih
Kebahagiaan itu sebenarnya? Ada yang bilang,
kebahagiaan itu adalah perasaan ketika apa yang kita inginkan sesuai dengan apa
yang kita dapatkan. Ada juga yang bilang, “happiness is a state of mind”,
kita lah yang membentuk pemikiran apakah kita bahagia atau tidak, bahagia itu perspektif. “sawang-sinawang”. Apakah
seperti itu?
Saudara terkasih, mari kita
belajar dari Alkitab untuk mengerti apa Kebahagiaan itu.
Dalam kotbah di bukit (Mat 5:3-10),
Yesus mengatakan;
- Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
- Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
- Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
- Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
- Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
- Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
- Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
- Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Itulah kebahagiaan sejati. Mari kita mencari kebahagiaan sejati seperti
yang diajarkan Tuhan Yesus tanpa membatasi dengan berbagai perspektif dan
batasan2 kepentingan pribadi. Kita yang
pandai bersyukur dan bersabar akan senantiasa bahagia. Kita mampu menjaga rasa
sukacita, damai sejahtera sekalipun dihadapkan pada situasi kurang baik dan
sulit. Semoga kasih Tuhan senantiasa memampukan
kita untuk mengahadapi setiap tantangan dan dinamika kehidupan untuk akhirnya
mendapatkan kebahagiaan sejati.
Amin
Tuhan
memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar