Sabtu, 17 November 2012

Bahagia



“Orang bodoh kalah sama orang pintar, orang pintar kalah sama orang bejo”.  begitu bunyi salah satu iklan.   Bejo itu artinya orang yang selalu beruntung, bernasib baik. Tidak ada yang salah dengan iklan ini, karena memang tidak ada yang bisa melawan “nasib baik”.  Tapi apa ya seperti itu terus,  nasib baik apa selalu mengikuti?   Manusia dalam perjalanan hidupnya tentu mengalami pasang-surut dalam dinamika kehidupan dunianya, ada saat senang-bahagia tapi ada juga saat susah-sulit.


Semua orang pasti pengin hidupnya bahagia. Apakah kita saat ini bahagia? bahagia yang bagaimana? Atau malah sedang menghadapi persoalan hidup yang belum terselesaikan secara tuntas yang mengganggu pikiran dan  aktifitas kita, sehingga kita tidak merasa bahagia?  Atau bagaimana?  Tentu kita pribadi yang dapat merasakannya.

Ada suatu cerita bagaimana memaknai “kebahagiaan” ;


Seorang hamba yang sedang galau melakukan dialog imajiner dengan Tuhannya. “Tuhan, Engkau tahu betapa kehidupan rumah tanggaku terasa hampa, betapa kami tidak bahagia, padahal Engkau tahu selama ini semua kewajiban telah aku tunaikan dengan baik, perbuatan2 baik lainnya yang dapat membuat Engkau senang pun sudah kami lakukan. Tapi mengapa sampai hari ini buah hati yang kami idamkan, yang akan menjadi penyempurna kebahagiaan rumah tangga kami belum juga Engkau berikan ? Bukankah Engkau yang Maha Kuasa? Bukankah Engkau yang selalu mengabulkan setiap doa?.  Mengapa semua itu seolah tidak berlaku bagi keluarga kami? Mengapa Engkau membiarkan keluarga kami tidak bahagia setelah semua yang kami lakukan untuk-Mu?

Saudara terkasih,
Cerita ini mewakili potret kehidupan kita pada umumnya.  Kita ingin bahagia, namun justru kita sendiri yang menghalangi datangnya kebahagiaan itu dengan memberi batasan dan persyaratan tertentu. Pikiran kita hanya tertuju pada apa yang kita inginkan, serta mengabaikan hal-hal lain yang jauh lebih penting di sekeliling kita.

Kadang tanpa kita sadari kalau Tuhan sungguh sangat baik, bukankah begitu banyak berkat yang telah kita terima selama ini?  Kesehatan; agar kita bisa menikmati hidup, Tempat tinggal; agar kita merasa aman terlindung di dalamnya, Pasangan hidup; agar bisa berbagi rasa, Pekerjaan; agar bisa tenang memenuhi kebutuhan hidup, bahkan dengan kesengsaraan dan kematian Yesus Kristus sebagai penggenapan janji Tuhan untuk menjadi jalan keselamatan kita, Tuhan telah berikan kepada kita?!

Seorang yang penuh syukur akan senantiasa berterimakasih atas segala situasi, sedangkan seorang pengeluh akan selalu mengeluh walaupun hidup dalam kenikmatan sekalipun”  Mengapa kita membatasi kebahagiaan dengan memberi persyaratan pada  kebahagiaan kita  sendiri?  Kebahagian macam apa yang menjadi syarat dalam hidup kita?

Ada kawan saya “single” tapi merasa bahagia, sementara yang lain merasa belum bahagia kalau belum punya pasangan.  Kawan lain merasa belum bahagia kalau belum punya anak perempuan walaupun sudah dikaruniai 2 anak laki2 yang sehat dan lucu2, sementara masih banyak pasangan yang belum punya anak?  Seorang dengan yang lain akan beda dalam memaknai kebahagiaan. 

Sebelum lebih jauh kita mengambil suatu kesimpulan tentang kebahagiaan, akan lebih baik mengetahui apa sih Kebahagiaan itu sebenarnya?  Ada yang bilang, kebahagiaan itu adalah perasaan ketika apa yang kita inginkan sesuai dengan apa yang kita dapatkan. Ada juga yang bilang, “happiness is a state of mind”, kita lah yang membentuk pemikiran apakah kita bahagia atau tidak,  bahagia itu perspektif. “sawang-sinawang”.  Apakah seperti itu?  

Saudara terkasih, mari kita belajar dari Alkitab untuk mengerti apa Kebahagiaan itu.
Dalam kotbah di bukit (Mat 5:3-10), Yesus mengatakan;   

  • Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
  • Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
  • Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
  • Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
  • Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
  • Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
  • Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
  • Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.


Itulah kebahagiaan sejati.  Mari kita mencari kebahagiaan sejati seperti yang diajarkan Tuhan Yesus tanpa membatasi dengan berbagai perspektif dan batasan2 kepentingan pribadi.  Kita yang pandai bersyukur dan bersabar akan senantiasa bahagia. Kita mampu menjaga rasa sukacita, damai sejahtera sekalipun dihadapkan pada situasi kurang baik dan sulit.  Semoga kasih Tuhan senantiasa memampukan kita untuk mengahadapi setiap tantangan dan dinamika kehidupan untuk akhirnya mendapatkan kebahagiaan sejati.   
Amin

Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar