Saudara terkasih,
Kadang kalau pas ketemu
temen yang sudah lama tidak nongol dalam
persekutuan binroh, saya suka berseloroh dan mencandainnya “ e.. piye wah ratau teko saiki!... tak
tukokke sarung sisan piye?!” sambil
ketawa ketiwi. Dan biasanya temen ini
agak serius menjawabnya “wah mas, waktunya ga pas, lagi banyak kerjaan
nih, mungkin lain kali” ya…hanya sebatas canda dan konteksnya hanya
mengingatkan.
Namun demikian, dalam hati saya
sangat mengharapkan temen saya ini hadir dalam binroh waktu berikutnya. Ada rasa suka cita apabila pertemuan binroh
dihadiri oleh banyak Saudara. Tapi
kalau yang datang sedikit rasanya gimanaaa gitu! Kapasitas saya… ya sebatas mengingatkan saja
dan tidak punya hak sama sekali untuk memaksa.
Pernah hal ini saya sharre
kepada Romo yang kebetulan melayani
dalam binroh, jawaban Romo malah sepele banget “Walaupun yang datang cuma 1
atau 2 orang … ga jadi masalah! The show must go on! Saya juga pernah mengalaminya” kata Romo itu. Coba baca Matius 18:20 dinyatakan; “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku
ada di tengah-tengah mereka " Mungkin kalau diberitahukan
sebelumnya; bagi yang hadir akan diberi
“amplop”, nah bisa jadi yang hadir akan
banyak, kata Romo sambil senyam senyum J
Saya pikir, benar juga ya… urusan
rohani adalah urusan pribadi, toh kegiatan rohani tidak terbatas pada binroh
kantor thok!, di komunitas lain pasti ada persekutuan semacam itu, Persekutuan
Doa (PD), Pendalaman Alkitab (PA) misalnya. Jadi ga salah juga klo ga ikut binroh di
kantor? Namun demikian tetap saja, rasanya masih ada yg kurang lengkap dan saya
masih berharap temen saya tadi dan saudara yg lain bisa datang, ya mungkin di lain waktu, krn kesempatannya utk bersama
bersekutu dengan Tuhan di lingkungan kantor ya medianya hanya melalui kegiatan
binroh ini! Ada kerinduan utk memuji
memuliakan Tuhan bersama dgn Saudara yg lain.
Saudara,
Sepenting apakah perlunya sebuah
persekutuan? Sebelum lebih dalam lagi,
kita ingat jaman jemaat mula2; ada
sebuah gambaran yang sungguh indah yang bisa kita jadikan pelajaran untuk
mengetahui pola hidup kerohanian kita ini. Kita bisa belajar dari pola hidup jemaat
mula-mula yang tertulis pada Kisah Para Rasul 2:41-47. Mereka
bisa berkumpul tiap-tiap hari karena Tuhan yang kumpulkan. Di mulai dari
bertobat dan dilahirkan kembali lalu mereka berkumpul dan bertambah 3.000
jiwa. Itulah seharusnya sebuah persekutuan yaitu orang-orang yang dipanggil dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, jadi bukan lagi orang-orang yang
bermasalah (di dalam dosa). Sungguh sangat menyenangkan persekutuan diantara mereka kala itu.
Jadi, pertemuan dan persekutuan
menurut saya sesuatu hal yang penting, kita bersama2 bisa menerima firman
Tuhan, kita bisa sama2 memuji memuliakan Tuhan dengan nyanyian pujian, kita
bisa sharring pengalaman hidup, lebih
dekat dengan pemberi hidup sekaligus sebagai ucap syukur kepadaNya.
Persekutaun, bisa digambarkan
seperti nyala api unggun, kita bisa
amati betapa hebatnya nyala api itu ketika kayu bakarnya ditumpuk menjadi satu.
Coba kemudian kita pisahkan kayu-kayu itu.
Hanya dalam waktu kurang dari 30 menit, api yang menyala begitu hebat
perlahan-lahan mati. Rupanya, ketika
kayu bakar itu menjadi satu, apinya sangat luar biasa. Namun, begitu dipisahkan
dari yang lain, api itu nyalanya melemah dan mati.
Jika
salah seorang anggota memisahkan diri dan tidak bersekutu dengan yang lain,
hampir bisa dipastikan imannya akan melemah. Tidak heran jika penulis Kitab Ibrani
menekankan betapa pentingnya persekutuan itu, " Janganlah kita
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh
beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (ibrani 10:25).
Betapapun
"hebatnya" iman seseorang, jika tidak dipelihara dalam persekutuan
bersama saudara seiman, suatu saat akan melemah juga. Pertemuan ibadah seumpama
tanah yang subur bagi tersemainya iman kita. Karena itu, pertemuan ibadah
sangat penting.
Saat ini,
ada pendapat bahwa kita tidak memerlukan pertemuan ibadah. Menonton tayangan
rohani di televisi atau mendengar siaran radio serta bergabung dengan
"gereja maya" di internet, itu sudah cukup. Ini pendapat yang keliru,
ingat kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan sesama untuk bertumbuh. Mari
kita hidupkan api kepercayaan kita dengan menyatu pada kobaran api yang besar!
Dengan
harapan dari suatu perseketuan akan ada pertumbuhan iman, dan dari pertumbuhan iman tsb akan muncul
niat untuk melayani….. Saat ini
dibutuhkan pribadi-pribadi yang punya kerinduan untuk melayani, sehingga
tercipta suasana “saling melayani” diantara kita seperti kehidupan Jemaat mula2
dulu.
Coba
perhatikan petugas yg melayani persekutuan binroh… itu-ituuu saja, yang lain
mana? Kita ini sudah minoritas lalu
siapa lagi kalau bukan ya kita2 ini? Hidup ini singkat Saudara, oleh
karenanya harus kita jaga dengan hal
yang baik apalagi urusan hidup kekal yang akan datang sesudahnya. Amin
Tuhan
memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar