Minggu, 07 Oktober 2012

Hal "Bersekutu"



Saudara terkasih,
Kadang kalau pas ketemu temen  yang sudah lama tidak nongol dalam persekutuan binroh, saya suka berseloroh dan mencandainnya  “ e.. piye wah ratau teko saiki!... tak tukokke sarung  sisan piye?!” sambil ketawa ketiwi.   Dan biasanya temen ini agak serius menjawabnya  “wah mas,  waktunya ga pas, lagi banyak kerjaan nih,  mungkin lain kali”  ya…hanya sebatas canda dan konteksnya hanya mengingatkan.
 

Namun demikian, dalam hati saya sangat mengharapkan temen saya ini hadir dalam binroh waktu berikutnya.  Ada rasa suka cita apabila pertemuan binroh dihadiri oleh banyak Saudara.   Tapi kalau yang datang sedikit rasanya gimanaaa gitu!  Kapasitas saya… ya sebatas mengingatkan saja dan tidak punya hak sama sekali untuk memaksa.   Pernah hal ini saya  sharre kepada  Romo yang kebetulan melayani dalam binroh, jawaban Romo malah sepele banget “Walaupun yang datang cuma 1 atau 2 orang … ga jadi masalah!   The show must go on!  Saya juga pernah mengalaminya”  kata Romo itu.  Coba baca Matius 18:20 dinyatakan;  “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka "  Mungkin kalau diberitahukan sebelumnya; bagi yang hadir akan diberi “amplop”, nah bisa jadi   yang hadir akan banyak, kata Romo sambil senyam senyum J

Saya pikir, benar juga ya… urusan rohani adalah urusan pribadi, toh kegiatan rohani tidak terbatas pada binroh kantor thok!, di komunitas lain pasti ada persekutuan semacam itu,  Persekutuan  Doa (PD), Pendalaman Alkitab (PA) misalnya.  Jadi ga salah juga klo ga ikut binroh di kantor?   Namun demikian tetap saja,  rasanya masih ada yg kurang lengkap dan saya masih berharap temen saya tadi dan saudara yg lain bisa datang, ya mungkin  di lain waktu, krn kesempatannya utk bersama bersekutu dengan Tuhan di lingkungan kantor ya medianya hanya melalui kegiatan binroh ini!   Ada kerinduan utk memuji memuliakan Tuhan bersama dgn Saudara yg lain.

Saudara,
Sepenting apakah perlunya sebuah persekutuan?  Sebelum lebih dalam lagi, kita ingat jaman jemaat mula2;  ada sebuah gambaran yang sungguh indah yang bisa kita jadikan pelajaran untuk mengetahui pola hidup kerohanian kita ini.  Kita bisa belajar dari pola hidup jemaat mula-mula yang tertulis pada Kisah Para Rasul 2:41-47.  Mereka bisa berkumpul tiap-tiap hari karena Tuhan yang kumpulkan.  Di mulai dari bertobat dan dilahirkan kembali lalu mereka berkumpul dan bertambah 3.000 jiwa.  Itulah seharusnya sebuah persekutuan  yaitu orang-orang yang dipanggil dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, jadi bukan lagi orang-orang yang bermasalah (di dalam dosa).  Sungguh sangat menyenangkan persekutuan diantara mereka  kala itu.

Jadi, pertemuan dan persekutuan menurut saya sesuatu hal yang penting, kita bersama2 bisa menerima firman Tuhan, kita bisa sama2 memuji memuliakan Tuhan dengan nyanyian pujian, kita bisa sharring  pengalaman hidup, lebih dekat dengan pemberi hidup sekaligus sebagai ucap syukur kepadaNya. 
Persekutaun, bisa digambarkan seperti  nyala api unggun, kita bisa amati betapa hebatnya nyala api itu ketika kayu bakarnya ditumpuk menjadi satu. Coba kemudian kita pisahkan kayu-kayu itu.   Hanya dalam waktu kurang dari 30 menit, api yang menyala begitu hebat perlahan-lahan mati.   Rupanya, ketika kayu bakar itu menjadi satu, apinya sangat luar biasa. Namun, begitu dipisahkan dari yang lain, api itu nyalanya melemah dan mati. 

Jika salah seorang anggota memisahkan diri dan tidak bersekutu dengan yang lain, hampir bisa dipastikan imannya akan melemah.  Tidak heran jika penulis Kitab Ibrani menekankan betapa pentingnya persekutuan itu, " Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (ibrani 10:25).

Betapapun "hebatnya" iman seseorang, jika tidak dipelihara dalam persekutuan bersama saudara seiman, suatu saat akan melemah juga. Pertemuan ibadah seumpama tanah yang subur bagi tersemainya iman kita. Karena itu, pertemuan ibadah sangat penting.

Saat ini, ada pendapat bahwa kita tidak memerlukan pertemuan ibadah. Menonton tayangan rohani di televisi atau mendengar siaran radio serta bergabung dengan "gereja maya" di internet, itu sudah cukup. Ini pendapat yang keliru, ingat kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan sesama untuk bertumbuh. Mari kita hidupkan api kepercayaan kita dengan menyatu pada kobaran api yang besar!

Dengan harapan dari suatu perseketuan akan ada pertumbuhan iman,  dan dari pertumbuhan iman tsb akan muncul niat untuk melayani…..   Saat ini dibutuhkan pribadi-pribadi yang punya kerinduan untuk melayani, sehingga tercipta suasana “saling melayani” diantara kita seperti kehidupan Jemaat mula2 dulu. 

Coba perhatikan petugas yg melayani persekutuan binroh… itu-ituuu saja, yang lain mana?  Kita ini sudah minoritas lalu siapa lagi kalau bukan ya kita2 ini?   Hidup ini singkat Saudara, oleh karenanya  harus kita jaga dengan hal yang baik apalagi urusan hidup kekal yang akan datang sesudahnya. Amin
Tuhan memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar