Senin, 16 Juli 2012

Spirit of giving

Apakah hidup kita bermakna, berkualitas ?


Suatu waktu yang agak lowong ditengah-tengah kesibukan bekerja, di ruangan kerja sedang sepi, saat itu sempat sekilas saya merenung; hidupku, ini sebenarnya apa artinya?   Setiap hari kuulangi kegiatan yang sama dengan kamarin (bangun pagi, mandi, persiapan kerja, berangkat ke tempat kerja, bekerja, sorenya pulang, tidur, besok diulangi, besoknya diulangi lagi teruus begitu… Rutin, itu-itu saja yang dikerjakan,  rasanya bosan, hambar/datar seolah tak berarti.  Apakah seperti ini hidup yg harus kujalani?

Saudara terkasih, seperti apakah hidup kita ini, bermaknakah?  Ataukah kita hidup di dunia ini hanya sekedar menjalankan tugas/ pekerjaan sesuai peran kita masing-masing?  Itu saja!?  

Mari, kita selidiki kehidupan kita, flashback :
Pernahkah kita menolak suatu kesempatan; misal, kita ditunjuk menjadi bagian dari Tim Kerja suatu project sosial di kantor,  apa respon kita; wah aku tak biasa, aku bisa apa?, wah nanti mengganggu pekerjaanku?, tak ada waktu lagi!, orang lain saja!, dsb....  menolak dg berbagai alasan.

Pernahkah kita berpikir; kenapa aku bekerja rajin/ displin, berprestasi, sementara orang lain santai, datang di kantor cuma ngobrol, buka laptop cuma baca berita, main game,  tapi toh gaji yang diperoleh sama, bahkan merekalah yang sering ngabisin dana kantor? ... adilkah ini? 

Ketika kita dihadapkan kepada suatu peristiwa, misalnya begini; terjadi kecelakaan lalu lintas di depan kita akibatnya ada orang yang terluka dan perlu segera ditolong, bagaimana sikap kita, apa yg kita perbuat ;   Langsung menolongnya (tanpa babibu), atau berpikir dulu baru menolong (dengan mempertimbangkan berbagai resiko), ataukah lewat saja (seolah tdk terjadi apa-apa), atau malah nyukurke (sokur yak-yakan!)...?  

Respons kita terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan kita sangat menentukan kualitas hidup kita sendiri.  Sikap, cara berpikir, tindakan kita yg demikian ini bisa menjadi indikator kualitas hidup rohani kita.    Bagi orang yang hidupnya tidak berkualitas, dalam pikirannya hanyalah hal-hal negatif dan sudah pasti nantinya ia selalu kalah dalam setiap pergumulan hidupnya.

Kehidupan anak-anak Tuhan sudah seharusnya berbeda dari kehidupan orang lain pada umumnya.  Tuhan tidak  menghendaki kita menjadi orang-orang yang biasa-biasa saja.
Pribadi yang berkualitas tidak ditentukan oleh kepinteran atau penampilan secara fisik seseorang.  Orang pinter belum tentu berkualitas hidupnya, banyak orang pinter jika diberi suatu kesempatan apa lagi pekerjaan sosial/ non profit, dia masih berpikir apa untungnya bagi saya, apa kompensasi untuk saya?, bahkan kadang kepinterannya digunakan untuk merampas hak orang lain.   Sementara orang yang kelihatan low profil/ sederhana justru mempunyai kualitas hidup di atas rata-rata orang.

Saya punya rekan kantor, kelihatan dari penampilan, cara berpakaian, cara bicaranya berbeda dg karyawan lain pada umumnya, ”metrosexual style” mungkin istilah  sekarang. Sebagian karyawan berpendapat ”Dia itu salah jurusan, seharusnya tidak di Telkom kerjanya”, banyak orang pada mulanya reject terhadap dia, krn belum kenal betul siapa dia.  Tapi dibalik semua itu, dia sangat peduli dengan lingkungan sekitar yang membutuhkan uluran bantuan, di sela kehidupannya dia sempatkan untuk mengunjungi orang-orang yang berbeban berat (orang sakit, cacat, kena bencana, jompo, orang pinggiran, tersisihkan, orang marginal, dll.) dan membantunya, menghiburnya, berdoa bersama-sama dgn mereka. Dia potret lingkungan dan kehidupan orang-orang seperti itu, dengan menggunakan talenta yg Tuhan berikan, dia menulis, dan mencetak buku (sampai sekarang mungkin sudah ribuan buku dicetaknya), fee hasil penjualan buku dia salurkan untuk orang-orang yang layak sangat membutuhkan uluran bantuannya, tanpa sepeserpun dia ambil untuk dirinya sendiri. Dia punya hati mulia, dia menjadikan hidupnya lebih bermakna.    

Kita, pribadi lepas pribadi sebenarnya punya kesempatan, punya talenta untuk dikembangkan menjadi pribadi yang bermakna, berkualitas... tinggal kita, punya niat untuk mengembangkan atau tidak!?.

Saudara terkasih, agar lebih pas, mari kita belajar dari firman Tuhan, Alkitab memberi nasehat bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan berkualitas. 
Efesus 5:15-16
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”

Kita diingatkan agar menggunakan waktu sebaik mungkin. Bijak mempergunakan waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama untuk dipergunakan. Waktu yang sudah berlalu tidak akan kembali lagi. Apa yang kita lakukan sekarang akan kita tuai di masa mendatang. Memang, dengan pengertian yang terbatas, kita tidak mampu mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. (kemarin history dan  esok mistery), Namun satu hal yang dapat kita yakini adalah bahwa Allah berdaulat penuh atas kehidupan kita. Allah turut bekerja dalam kehidupan kita.  Rahasia kehidupan manusia sepenuhnya ada di tangan-Nya. 

Tugas dan tanggung jawab kita sebenarnya utk mengisi hidup ini setiap saat sebaik mungkin. Sebaliknya, jika kita tidak segera menata waktu dan menggunakan dengan maksimal mulai sekarang, bisa menyesal di kemudian hari.
Filipi 4:8
”Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yag benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan, dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”

Kita diajak untuk berpikir positif, pikiran yang terarah pada hal-hal yang positif dan membangun.  Hal ini akan berdampak positif terhadap hidup kita. Dan dengan demikian, kita juga bisa menjadikan hidup kita senantiasa berguna bagi diri kita sendiri, bagi orang lain dan bagi Tuhan.   

Roma 8:28, dinyatakan bahwa ”Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah 

Ayat ini bisa menjawab perenungan saya diatas Hidup yang kujalani ini, apakah artinya?  Apapun peran kita, apapun keadaan kita saat ini... bahkan ketika kita berbeban berat, Allah turut bekerja atas kita semua.  Inilah yang seharusnya  kita ketahui dan yakini,  hendaknya kita percaya bahwa Allah punya rancangan bagi kita, dan suatu saat nanti pasti mendatangkan kebaikan bagi kita. 

Sejatinya, hidup berkualitas adalah pendekatan kepada konsep hidup yang bermartabat, yakni hidup yang dijalani dengan semangat penguasaan diri/ terkendali dan pola pikir dewasa: yang menaruh hormat, pertama kali kepada diri sendiri dan selanjutnya kepada sesama.
Melakukan perbuatan yang menjadikan sosok diri yang bernilai, memiliki arti, bermanfaat, bukan sekedar bagi dirinya, namun kepada orang lain, tanpa secuil pun dalam proses dan tujuannya merenggut hak pihak lain. Seberapa besar kualitas yang kita inginkan, sebesar itu pula harga yang harus kita bayar.

Mari kita menjadi pribadi yang berkualitas, dalam hidup keseharian kita. Kita semestinya tdk hanya hidup biasa-biasa saja, tapi hidup yang lebih dan bermakna, bukan hanya pada diri sendiri tapi juga bermakna bagi orang lain, lingkungan kita, kita bisa melayani  punya semangat untuk memberi spirit of giving.   Tuhan pasti akan tersenyum jika kita mulai berpikir kemudian melakukan itu. Tunjukkan bahwa kita telah selangkah maju menunjukkan apa itu hidup yg berkualitas. Saudara dan saya tentu mengambil suatu pengorbanan utk itu, tapi yakinlah suatu saat nanti pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita. 

Tuhan memberkati.

1 komentar: