Selasa, 17 Juli 2012

Keputusan yang mengubah


"Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan." (2 Korintus 3:5-6)

Saudara terkasih,
Setiap hari dalam hidup ini kita dihadapkan pada berbagai keputusan yang harus diambil. Apakah kita mau terus tidur atau kita bangun, melakukan saat teduh dan bekerja, apakah kita memilih untuk bekerja sungguh-sungguh atau malas-malasan, apakah kita memilih untuk jujur atau menipu, apakah kita memilih untuk mengasihi atau membenci, mendendam atau mengampuni, dst. 

Setiap hari kita dihadapkan pada suatu pilihan, baik pada masalah-masalah yang mungkin sepele dan tidak kita pikirkan atau masalah-masalah yg super berat, sebenarnya kita berhadapan dengan decision making pengambilan keputusan, dimana sadar atau tidak, apa yang kita putuskan itu akan berpengaruh pada masa depan kita.   Ada begitu banyak keputusan yang pada awalnya kecil atau sederhana, tapi kemudian bisa berakibat pada perubahan besar.

Untuk menjadi pelayan Tuhan, kita ingat dan dapat mengambil hikmat pelajaran bagaimana pada mulanya sikap Musa ketika ia hendak dipakai Tuhan. Musa adalah seorang nabi yang luar biasa dan dihormati oleh begitu banyak orang dari kepercayaan yang berbeda, dari generasi ke generasi hingga hari ini. Tapi lihatlah bahwa untuk menjadi besar seperti itu, Musa lebih dahulu melewati sebuah proses.  Alkitab mencatat bahwa pada awalnya Musa sempat berbantah-bantahan dengan Tuhan. Ia terus mencari alasan, berkelit agar tidak perlu meninggalkan zona nyamannya (comfort zone) untuk dipakai Tuhan (Keluaran psl. 4) .

Mari kita lihat reaksi Musa saat ia hendak diutus Tuhan. "Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"(Kel. 4:1). Tuhanpun kemudian menunjukkan beberapa mukjizat. Patuhkah Musa? Belum!. Ia kembali berbantah. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (ay 10). Tuhan kemudian mengatakan bahwa semua itu adalah ciptaanNya, termasuk mulut dan lidah Musa, dan bukan "ringan" mulut Musa yang Tuhan minta namun kesediaannya. Sebab Tuhan sendiri yang akan menyertai lidah dan mengajar apa yang harus ia katakan. (ay 11). Tapi Musa kembali berkelit. "Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus." (ay 13).
 
Dan Tuhanpun murka. Musa kemudian takut, dan ia memilih untuk mengikuti perintah Tuhan. Dalam ayat 18 kita membaca. akhirnya Musa mengambil keputusan untuk taat menjalani apa yang diperintahkan Tuhan, dan setelah itu kita tahu bagaimana Tuhan memakai Musa secara luar biasa, dimana hasilnya masih tetap dikenang orang hingga hari ini dan menjadi salah satu bagian terpenting dalam sejarah dunia.

Masalah berkelit dan berbantah ini tidak hanya dilakukan Musa. Ada beberapa nabi lainnya yang juga melakukan hal spt ini. Nabi Yeremia misalnya. Ia berkelit dengan alasan bahwa ia masih terlalu muda dan belum saatnya untuk tampil di depan. (Yeremia 1:6). Atau Yunus yang memilih untuk melarikan diri dari tugas yang disematkan Tuhan kepadanya. Pada akhirnya kita tahu bagaimana mereka dipakai Tuhan secara luar biasa.

Lihatlah bahwa semua itu berawal dari sebuah keputusan. Tuhan boleh mengutus, namun jika orang yang bersangkutan tidak mengambil keputusan maka tidak akan bisa membawa perubahan apa-apa. Keputusan yang kita ambil hari ini akan sangat menentukan di masa depan.

Seringkali kita sulit untuk melepaskan diri dari zona kenyamanan kita. Kita terbiasa untuk punya seribu satu alasan untuk menghindar dari apa yang diinginkan Tuhan untuk kita perbuat. Jangankan melayani/ menjadi panitia kegiatan di gereja, membantu orang yang susah saja rasanya sudah berat. Padahal Tuhan ingin kita semua menjadi perpanjangan tanganNya untuk mewartakan Injil, menjadi garam dan terang, agar dunia bisa mengenal Kristus dan selamat lewat diri kita masing-masing.

Terlalu muda, terlalu tua, tidak pandai bicara, terlalu sibuk, sulit menghadapi orang, kekhawatiran ini dan itu, bagaimana jika begini dan begitu, semua ini selalu menjadi alasan kita untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Musa, Yeremia, Yunus, mereka ini pada awalnya tidak menyadari bahwa sebenarnya bukan kekuatan dan kehebatan mereka yang Tuhan minta, namun kesediaan mereka. Karena Tuhan sendirilah yang sebenarnya bekerja.

Kepada Yeremia, Tuhan memberikan jawaban demikian: "Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan." (Yeremia 1:7).

Apa dasarnya? "Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." (ay 8).

Lihatlah bahwa sebenarnya Tuhan sendiri yang bekerja. Siapapun bisa dipakai Tuhan secara luar biasa, karena Tuhan tidak butuh ahli-ahli melainkan butuh hati yang rindu untuk mengasihi orang lain, seperti halnya Tuhan telah mengasihi kita. Mereka, dan juga kita; Saudara dan saya, hanyalah perantara-perantara dimana Tuhan rindu untuk melakukan pekerjaanNya melalui kita. Tuhan tahu persis kekurangan dan kelemahan kita masing-masing. Tapi itu semua tidaklah menjadi penghalang bagi kita untuk mampu bekerja di ladang Tuhan.    Tidakkah itu adalah sebuah kehormatan jika Tuhan mau memakai kita? !

Saudara yang telah ditunjuk dan bekerja pada kegiatan gereja, tentu telah banyak berkorban dan itu merupakan keputusan saudara. Logis, kalau dari Majelis gereja seharusnya mengucapkan trimakasih kpd Saudara.  Tapi sebenarnya, apakah ucapan trimakasih itu yg Saudara harapkan,  Tidak khan?!  Karena hal itu sudah menjadi kewajiban setiap anak-anak Tuhan.
      
Ketika Tuhan memilih Saudara untuk sebuah pekerjaan penting di ladangNya, itu artinya Tuhan pasti memberi kita kemampuan untuk melaksanakannya. Ada Roh Kudus yang akan terus membimbing kita untuk bekerja. Jangan sampai ada di antara kita yang menolak tugas yang telah Dia berikan bagi kita.    Tidak harus menjadi pengkotbah, pendeta, penatua,  diaken, pengurus kelompok, pengurus komisi, song leader, pemusik, tapi bisa dalam bentuk apapun  tidak hanya dalam gereja, di luar lingkungan gereja, di tempat kerja, di lingkungan tempat tinggal, kampus, dan komunitas lainnya. Akan ada perubahan nyata ketika kita mau mengambil keputusan untuk mengikuti apa yang diinginkan Tuhan.

Melayani merupakan kewajiban kita sebagai anak-anak Tuhan. Akan ada konsekuensinya ketika kita menolak apa yang Tuhan gariskan untuk kita. "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru." (Amsal 21:13).  Dari kisah Musa pun kita melihat bahwa membantah Tuhan akan mendatangkan murkaNya.

Tuhan memberkati hidup Saudara dan saya, apabila kita bersedia menjadi pelaku firman dan menajdi pelayanNya dalam setiap kehidupan kita. Amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar