Senin, 12 September 2016

Empan Papan

Saudara terkasih,
Falsafah jawa mengatakan “Ajining diri saka pucuke lathi, Ajining raga saka busana” yang bisa diartikan; harga diri seseorang tergantung dari ucapannya, dan bagaimana ia bisa menempatkan diri sesuai dengan situasinya. 

Falsafah ini mengajarkan kepada kita untuk bisa menempatkan diri dalam peran dan posisi kita dalam lingkungan dimana kita berada.

Banyak orang yang tutur katanya menyejukkan, meneguhkan dan memberi penghiburan, tetapi ada juga orang yang tutur katanya menjengkelkan, menyakitkan dan memancing permusuhan.  Ada orang yang tutur katanya jelas, pasti dan bisa dipercaya, ada juga orang yang tutur katanya bias, mudah berubah dan sulit dipercaya.  Jika seseorang yang karena ucapannya pandai, mampu menempatkan diri tentu ia akan dihormati, disegani oleh orang lain

Demikian juga dalam dunia kerja dimana ada strata atasan-bawahan, falsafah ini juga sebaiknya diaplikasikan.  Apapun kita adanya baik sebagai atasan maupun bawahan, maka sudah seharusnya kita bisa menempatkan diri sebagaimana peran, fungsi dan   posisi kita masing2.

Bagi kita yang ditunjuk sebagai atasan, seharusnya bisa menempatkan diri sebagai pimpinan yang baik, bisa menjadi role-model bagi bawahannya, yang menjalankan tugas dengan kesungguhan hati dan penuh tanggung jawab, berdedikasi, berintegritas kepada perusahaan, juga bisa menjalin kebersamaan dan kepedulian dengan bawahan tanpa ada kepentingan diri yang disertakan.

Bagi kita sebagai bawahan, jangan bekerja hanya sekedar menjalankan tugas, hanya untuk mendapatkan upah/gaji, hanya pencitraan diri agar diperhatian atasan, tetapi bekerjalah dengan niat tulus, yang terbaik yang bisa kita lakukan, berusaha mencapai kinerja yang diharapkan perusahaan, memupuk rasa kebersamaan dan saling membantu kepada rekan kerja yang lain.

Saudara,
Seperti misalnya; terjadi seorang bawahan tiba2 dimarahi oleh atasan oleh karena sesuatu tugas yang dirasakan tidak sesuai harapan atasannya, sebenarnya hal yang biasa, tetapi yang tidak biasa karena luapan amarahnya dilakukan dihadapan rekan2 yang lain.. ini menjadi tidak pas. Atasan tersebut tidak mempertimbangkan perasaan bahwahan.  Mungkin atasan itu bener tapi ga pener!

Begitu juga ketika terjadi konflik, misalnya ada kebijakan atasan yang tidak cocok dengan bawahannya, maka berlakulah sebagaimana peran, kewenangan dan tugas yang menjadi tanggung jawab masing2, sehingga tidak menimbulkan kontroversi yang nantinya menjadi konflik yang berkepanjangan. Mungkin kita mengerti itu, tapi pada kenyataannya sulit untuk melakukannya, ada semacam pertentangan batin dalam diri kita.  Nah..bagaimana kita bersikap?

Ada baiknya sebagai bawahan perlu memperhatikan petuah spt ini; “Kena cepet ning aja ndhisiki, kena pinter ning aja ngguroni, kena takon ning aja ngrusuhi”  boleh cepat tapi jangan mendahului, boleh pintar tapi jangan menggurui, boleh bertanya tapi jangan menyudutkan atasan kita.  Hormatilah atasan sebagaimana adanya, walaupun mungkin kita tidak cocok dengan dia.  Ingat, dia menjadi atasan karena kehendak Tuhan juga.

Saudara,
Di dalam semuanya itu, sebaiknya kita perlu mengerti dulu seperti apa peran, fungsi kita dan dalam situasi apa yang kita hadapi, sehingga kita bisa berlaku empan papan.  Apa yang kita lakukan tidak hanya membawa dampak bagi diri sendiri, namun juga membawa dampak bagi orang lain.  Maka.. jangan sampai orang lain (baik atasan atau bahwahan) menjadi terganggu di dalam peran, tugas dan tanggungjawabnya hanya karena ulah kita yang kurang bersikap empan-papan.

Ingat!.. Hati yang berhikmat lebih bernilai dari kekayaan.  Seperti Salomo, ia diberikan berkat hikmat kebijaksanaan yang luar biasa, hal itu dinyatakan dalam 1 Raja Raja 4:29-30;  Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut laut sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir.  Salomo dihormati, disegani oleh banyak orang pada waktu itu.

Karena hati yang berhikmat adalah sikap yang bijaksana, yang mengerti akan siapa diri kita, peran kita dalam situasi dan kondisi dimana kita berada dan ditempatkan, sehingga kita bisa melakukan sesuatu dengan empan papan, angon mangsa dan angon rasa, bisa melihat dengan hati, situasi, keadaan dan perasaan orang lain.  Amin.

Tuhan memberkati.

 

 --- o0o ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar