Kamis, 18 Agustus 2016

Panggilan Pelayanan



Shalom Saudara...
Dalam hidup bersama berjemaat dalam gereja, ketika diminta melayani Tuhan untuk menjadi pengurus gereja misalnya... pada kenyataannya ada banyak orang yang justru menghindar, sehingga kita temui di banyak gereja.. yang melayani orangnya ya hanya itu-itu saja. (Lu lagi lu lagi). J.   Ya.. mereka adalah orang2 yang rela dan menyanggupkan diri untuk menjadi pelayan Tuhan.  

Mungkin, kita berpikir bahwa urusan pelayanan gereja.. ya tanggung jawab Romo, Pendeta dan mereka itu.  Semestinya mereka yang mengelola, mereka yang bertanggung jawab.  “Ancene kon iku pantese yo mesti dadi pelayan grijo!”  mungkin bahasa  suroboyoannya spt itu, tanpa berpikir bahwa sebenarnya kitapun bisa ikut aktif di dalamnya.

Kita tahu, bahwa di mata Tuhan kita ini sama, kita semua dipanggil untuk melayani dengan apa yang bisa kita lakukan, dengan apa yang kita miliki...  Bisa dari hal kecil, sesederhana yang bisa kita lakukan.. tidak harus hal2 yang besar, hebat dan spektakuler.

Mungkin di antara kita ada juga yang berpikir, “Siapalah aku ini, aku hanyalah orang, jemaat biasa, apa yang bisa aku lakukan?” ...sengaja merendahkan diri kita.

Saudara,
Ada cerita; Dalam sebuah kelompok persekutuan doa, ada seorang ibu usia lanjut yang sederhana, tetapi ia menjadi penguat dalam kelompok tersebut, meski bukan anggota majelis ataupun pengurus komisi. Yang ia lakukan juga hanya sederhana namun sangat berarti, yaitu memperhatikan anggota kelompok yang ogah-ogahan dengan cara membesarkan hati mereka, menyemangati untuk aktif dan mendoakan mereka. Dengan doa2 ibu tua tadi.. maka  kelompok doa tersebut semakin banyak pesertanya dan semakin hidup.  Peran yang sangat sederhana dilakukan Ibu tadi.

Kalau setiap anggota jemaat atau warga gereja merasa dipanggil Tuhan untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan dan karya Tuhan dalam kehidupan berjemaat sesuai dengan apa yang bisa ia lakukan, maka sudah dapat dipastikan betapa luar biasanya hidup berjemaat atau dalam gereja tersebut!  Menjadi jemaat yang hidup dalam berkat dan penyertaan Tuhan.

Kita diingatkan pada sosok Maria, bunda Yesus, yang meski ia perempuan biasa dan sederhana, namun dipilih, dipanggil dan dipakai oleh Tuhan menjadi sarana lahirnya Juru Selamat, sarana lahirnya berkat bagi dunia, bagi banyak orang.  Demikian juga Betlehem Efrata yang justru adalah yang terkecil di antara kaum Yehuda, namun justru dipakai Tuhan sebagai kota tempat kelahiran Yesus Kristus. Ini menunjukkan bahwa Tuhan juga berkenan memilih sesuatu yang menurut pandangan manusia “paling kecil” untuk menjadi perantara berkat besar bagi banyak orang.

Untuk menerima dan menjalani panggilan Tuhan, kadang yang diperlukan hanyalah menyadari seberapa risiko yang harus diambil. Misalnya ketika kita menyanggupi sebuah pelayanan di gereja atau dimanapun, pasti ada konsekwensinya. Yang penting adalah bahwa kita MAU dulu. Tuhan berkenan memakai siapapun bahkan orang yang rendah dan sederhana sekalipun untuk menerima panggilanNya menjadi perantara berkat.

Kita ingat bagaimana Abram dipanggil Tuhan untuk melayaniNya, ia rela pergi meninggalkan kehidupan nyamannya bersama keluarga besarnya di Ur dan menuju ke tempat dimana ia tidak tahu dan apa yang harus ia perbuat di sana.  Tapi karena imannya yang kuat ia lakukan itu.  Maka berkat Tuhan tercurah kepadanya dan segenap keturunannya.

Untuk menjadi perantara berkat, manusia tidak harus hebat, harus jadi gembala gereja dulu, punya modal yang besar dan punya banyak hal termasuk banyak waktu. Tuhan tidak bertanya tentang siapa kita, seberapa yang kita punya untuk menjadi berkat bagi yang lain. Tetapi apakah kita MAU melakukan kehendak dan panggilanNya. Karena kalau kita mau dipakaiNya menjadi berkat, maka Ia akan menambahkan dan memperlengkapi semuanya melalui berbagai cara dan kesempatan.

Demikian juga kita, hendaknya dalam hidup bergereja, bermasyarakat .. Tanyalah pada diri kita sendiri; “apa yang bisa aku lakukan untuk melayani Tuhan dan sesamaku?”  apakah itu sudah kita jawab dan lakukan?!

Kita diingatkan juga, bahwa dalam hal melayani, semestinya ada proses saling melayani.  Tidak hanya dilayani saja... atau melayani saja!    Lihat berapa lamanya pengurus gereja kita (mereka) melayani kita?    Tidakkah terketok hati kita untuk menggantikannya, sehingga ada proses saling melayani?  Ini bisa menjadi perenungan kita pribadi. 

Saudara terkasih,
Mari kita isi hidup ini dengan sesuatu yang baik dan berkenan pada Tuhan dengan melayaniNya.  Mari kita isi salah satu bagian hidup kita untuk turut, ikut ambil bagian dalam pelayanan untuk saling melayani, menjadi berkat bagi yang lain, melalui apa yang bisa kita lakukan.   Semoga kita dimampukan untuk saling melayani. Amin.

Tuhan memberkati.
Kita akan pujikan “Tuhan ini aku”
Tuhan ini aku, jadikanlah ku alat-Mu
Untuk memb’ritakan injil-Mu
Tuhan ini aku, jadikanlah ku hamba-Mu
Untuk melakukan firman-Mu
Penuhi hidupku dengan Roh-Mu
Agar ku jadi saksi-Mu
Pakailah hidupku dan urapilah
Untuk kemuliaan nama-Mu
https://www.youtube.com/watch?v=tCsPDJq2xsE

--- o0o ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar