Saudara yang dikasihi Tuhan,
Orang Kristen tentu mengagumi sosok
Yesus orang Nazaret itu. Yesus dijadikan idola, disembah, dipuja, dan dimuliakan. Setiap
pribadi maupun secara komunitas Kristen menempatkan Yesus di tempat istimewa. Pemujaan dan
penyembahan kepada Yesus nampak dalam ibadah, doa, nyanyian, serta simbol dan
atribut2
gerejawi. Nama Yesus juga sering disebut dalam percakapan mereka. Setidaknya itulah
yang nampak, yang biasa kita lihat,
dengar dan rasakan.
Hal demikian tentu saja wajar,
dan baik adanya. Namun apakah dengan itu cukup? Salah satu
keprihatinan dalam Kekristenan dewasa ini adalah bahwa sosok Yesus seringkali
dipahami sebatas pada ritual dan ungkapan2 yang nampak saja. Tapi, di saat yang sama,
karya, pengajaran, keteladanan Yesus kurang dapat diwujudkan, kurang mengejawantah
dalam kehidupan nyata umat Kristen. Itu berarti perjumpaan dengan Yesus belum
cukup terjadi secara mendalam. Padahal perjumpaan dengan Yesus semestinya memberi dampak
yang positif bagi kehidupan umat.
Dalam
menjalani hidup kekristenan, kita menyadari masih kurang berakar. Kurang punya kedalaman, masih belum cukup
pengertian. Seringkali kekristenan kita
begitu dangkal, tipis dan hanya di permukaan. Sebab kita seringkali cuma 'melintasi'
halamanNya dan kemudian keluar lewat pintu yang lain, kita tidak benar2 masuk. Doa, ibadah kita cuma sepintas,
baca/mendengarkan firman, pelayanan kita juga sepintas. Ya cuma melintas
saja... Apa pun yang cuma sepintas dan
hanya melintas... tak bisa diharapkan banyak!
Karena itu, jangan menjadi orang Kristen yang cuma melintas, namun
jadilah orang Kristen yang sungguh2 masuk ke dalam sampai bertemu dengan Dia,
yang kemudian bisa berubah dan menyatakannya dalam hidup.
Tidak sekadar
mengubah diri sendiri, namun juga memampukan diri untuk menjadi agen perubahan bagi orang lain. Untuk itu, kita dapat
berada di 2
posisi sekaligus: orang yang merindukan perubahan, serta orang yang dipanggil untuk
membawa perubahan bagi orang lain.
Saudara, kalau kita baca firman Tuhan dalam
Yohanes 1:29-42, memberi gambaran tentang apa yang dialami Andreas, yang mengikut Yesus berkat kesaksian
Yohanes Pembaptis, yang juga telah menerima kesaksian dari Allah sendiri
melalui RohNya. Menarik untuk
direnungkan, Andreas yang telah mendengar kesaksian
tentang Yesus, akhirnya berjumpa dengan Yesus sendiri secara langsung, mengenal
sendiri, mengalami perjumpaan dan tinggal bersama Yesus. Dan
Andreas mau mengalami perjumpaan yang lebih dalam lagi?
Andreas tidak hanya
ingin mengenal Yesus dari apa kata orang, dari kesaksian orang lain. Andreas
merasa bahwa dirinya harus mengalami dan mengenal sendiri siapa Yesus.
Kemauannya mengenal Yesus lebih dekat.. dipicu oleh pertanyaan reflektif dari Yesus yang
ditujukan kepadanya, “Apakah yang kamu
cari?” (ayat 38). Di titik itu, Andreas merasa perlu terus meneguhkan dan menumbuhkan
pengenalannya tentang Yesus. Maka ia memilih untuk tinggal bersama Yesus.
Sampai Andreas sendiri memiliki pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias. Dan, pengenalan dan
penghayatannya itu dibagikan oleh Andreas kepada Simon.
Di sini kita
menyaksikan bahwa kesaksian tentang Yesus dialami secara berantai: Allah memberi
kesaksian kepada Yohanes pembaptis, Yohanes memberi kesaksian kepada Andreas, lalu Andreas memberi
kesaksian kepada Simon (yang lebih
dikenal dengan nama Simon Petrus).
Lalu,
bagaimana dengan kita? Kita semua juga telah mendengar
kesaksian tentang Yesus, tentang siapa Yesus serta
bagaimana kehidupan dan karyanya.
Sudahkah kita
mengalami perjumpaan dengan Yesus
secara pribadi? Sudahkah hidup Yesus membawa perubahan nyata dalam kehidupan kita? Pertanyaan berikutnya; sudahkah kita juga berperan sebagai saksi yang mewartakan Yesus
kepada orang lain, menularkan nilai-nilai
kehidupan yang diajarkan Yesus?
Banyaknya orang yang
tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus,
disebabkan lemahnya pengaruh kesaksian iman kita. Kesaksian hidup, watak,
karakter,
sikap dan sifat kita, kata-kata kita, penampilan dan cara berelasi kita tidak
menarik, belum dapat mempengaruhi siapapun. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk melakukan kesaksian iman
dengan bahasa dan cara yang menarik,
santun dan dalam payung damai sejahtera. Untuk sampai ke sana, kita
perlu merenungkan pertanyaan Yesus kepada
Andreas juga menjadi pertanyaan kita pribadi: “Apakah yang
aku cari?” Ini
menjadi refleksi kita.
Saudara terkasih,
Mari... menjadi umat yang
tidak berhenti
untuk mendekat dan belajar kepada Yesus. Pasti akan ada perubahan dalam hidup kita.
Barangkali saat ini kita adalah orang2 yang sedang merindukan perubahan itu. Maka Yesus mampu membawa perubahan
bagi kita. Selanjutnya, kita juga diajak untuk memiliki kepedulian pada orang
lain yang sedang merindukan perubahan hidup. Di sekitar kita masih banyak kita jumpai orang2 yang sedang sedih,
prihatin, dalam pergumulan dan menderita. Yesuspun berkenan mengubah kehidupan mereka.. orang-orang yang sedang dalam pergumulan dan
penderitaan, salah satunya adalah melalui kepedulian, kehadiran dan
karya nyata pelayanan kita bagi sesama. Amin.
Kita pujikan
“Tuhan ini Aku” seperti lagu berikut ini.
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar