Falsafah jawa mengatakan “Ajining diri saka pucuke lathi, Ajining raga saka busana” yang bisa diartikan; harga diri seseorang tergantung dari ucapannya, dan bagaimana ia bisa menempatkan diri sesuai dengan situasinya.
Falsafah
ini mengajarkan kepada kita untuk bisa menempatkan diri dalam peran dan posisi
kita dalam lingkungan dimana kita berada.
Banyak
orang yang tutur katanya menyejukkan, meneguhkan dan memberi penghiburan,
tetapi ada juga orang yang tutur katanya menjengkelkan, menyakitkan dan
memancing permusuhan. Ada orang yang
tutur katanya jelas, pasti dan bisa dipercaya, ada juga orang yang tutur
katanya bias, mudah berubah dan sulit dipercaya. Jika seseorang
yang karena ucapannya pandai, mampu menempatkan diri tentu ia akan dihormati,
disegani oleh orang lain
Demikian
juga dalam dunia kerja dimana ada strata atasan-bawahan, falsafah ini juga sebaiknya
diaplikasikan. Apapun kita adanya baik
sebagai atasan maupun bawahan, maka sudah seharusnya kita bisa menempatkan diri
sebagaimana peran, fungsi dan posisi kita masing2.
Bagi
kita yang ditunjuk sebagai atasan, seharusnya bisa menempatkan diri sebagai pimpinan
yang baik, bisa menjadi role-model bagi
bawahannya, yang menjalankan tugas dengan kesungguhan hati dan penuh tanggung
jawab, berdedikasi, berintegritas kepada perusahaan, juga bisa menjalin
kebersamaan dan kepedulian dengan bawahan tanpa ada kepentingan diri yang disertakan.
Bagi
kita sebagai bawahan, jangan bekerja hanya sekedar menjalankan tugas, hanya
untuk mendapatkan upah/gaji, hanya pencitraan diri agar diperhatian atasan,
tetapi bekerjalah dengan niat tulus, yang terbaik yang bisa kita lakukan,
berusaha mencapai kinerja yang diharapkan perusahaan, memupuk rasa kebersamaan
dan saling membantu kepada rekan kerja yang lain.
Saudara,
Seperti
misalnya; terjadi seorang bawahan tiba2 dimarahi oleh atasan oleh karena
sesuatu tugas yang dirasakan tidak sesuai harapan atasannya, sebenarnya hal yang
biasa, tetapi yang tidak biasa karena luapan amarahnya dilakukan dihadapan
rekan2 yang lain.. ini menjadi tidak pas. Atasan tersebut tidak mempertimbangkan
perasaan bahwahan. Mungkin atasan itu bener
tapi ga pener!
Begitu
juga ketika terjadi konflik, misalnya ada kebijakan atasan yang tidak cocok
dengan bawahannya, maka berlakulah sebagaimana peran, kewenangan dan tugas yang
menjadi tanggung jawab masing2, sehingga tidak menimbulkan kontroversi yang
nantinya menjadi konflik yang berkepanjangan. Mungkin kita mengerti itu, tapi
pada kenyataannya sulit untuk melakukannya, ada semacam pertentangan batin
dalam diri kita. Nah..bagaimana kita
bersikap?
Ada
baiknya sebagai bawahan perlu memperhatikan petuah spt ini; “Kena
cepet ning aja ndhisiki, kena pinter ning aja ngguroni, kena
takon ning aja ngrusuhi”
boleh cepat tapi jangan mendahului, boleh pintar tapi jangan menggurui,
boleh bertanya tapi jangan menyudutkan atasan kita. Hormatilah atasan sebagaimana adanya,
walaupun mungkin kita tidak cocok dengan dia.
Ingat, dia menjadi atasan karena kehendak Tuhan juga.
Saudara,
Di dalam
semuanya itu, sebaiknya kita perlu mengerti dulu seperti apa peran, fungsi kita
dan dalam situasi apa yang kita hadapi, sehingga kita bisa berlaku empan papan.
Apa yang kita lakukan tidak hanya
membawa dampak bagi diri sendiri, namun juga membawa dampak bagi orang lain. Maka.. jangan sampai orang lain (baik atasan
atau bahwahan) menjadi terganggu di dalam peran, tugas dan tanggungjawabnya
hanya karena ulah kita yang kurang bersikap empan-papan.
Ingat!.. Hati yang
berhikmat lebih bernilai dari kekayaan. Seperti
Salomo, ia diberikan berkat hikmat kebijaksanaan yang luar biasa, hal itu dinyatakan
dalam 1 Raja Raja 4:29-30; “Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat
dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di
tepi laut laut sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan
melebihi segala hikmat orang Mesir.”
Salomo dihormati, disegani oleh banyak orang pada waktu itu.
Karena hati yang berhikmat adalah sikap yang bijaksana, yang mengerti akan siapa diri kita, peran kita dalam situasi dan kondisi dimana kita berada dan ditempatkan, sehingga kita bisa melakukan sesuatu dengan empan papan, angon mangsa dan angon rasa, bisa melihat dengan hati, situasi, keadaan dan perasaan orang lain. Amin.
Tuhan memberkati.
--- o0o ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar