Shalom Saudara...
Dalam hidup bersama berjemaat dalam gereja, ketika
diminta melayani
Tuhan untuk menjadi pengurus gereja misalnya... pada kenyataannya ada banyak orang yang
justru menghindar,
sehingga kita temui di banyak gereja.. yang melayani orangnya ya hanya itu-itu saja. (Lu lagi lu
lagi). J.
Ya.. mereka adalah orang2 yang rela dan menyanggupkan
diri untuk menjadi pelayan Tuhan.
Mungkin, kita berpikir bahwa urusan pelayanan gereja.. ya
tanggung jawab Romo, Pendeta dan mereka itu. Semestinya mereka yang mengelola, mereka yang bertanggung jawab. “Ancene kon iku
pantese yo mesti dadi pelayan grijo!” mungkin bahasa suroboyoannya spt itu, tanpa berpikir bahwa
sebenarnya kitapun bisa ikut aktif di dalamnya.
Kita tahu, bahwa di mata Tuhan kita ini sama, kita semua dipanggil
untuk melayani dengan apa
yang bisa kita lakukan, dengan apa yang kita miliki... Bisa dari hal kecil, sesederhana yang bisa kita lakukan..
tidak harus hal2 yang besar, hebat dan spektakuler.
Mungkin di antara kita ada juga yang
berpikir, “Siapalah aku ini, aku hanyalah orang, jemaat biasa, apa yang bisa aku lakukan?” ...sengaja merendahkan diri kita.
Saudara,
Ada cerita; Dalam sebuah kelompok persekutuan doa, ada seorang ibu usia
lanjut yang sederhana, tetapi ia menjadi penguat dalam kelompok tersebut, meski bukan
anggota majelis ataupun pengurus komisi. Yang ia lakukan juga hanya sederhana namun sangat
berarti, yaitu memperhatikan
anggota kelompok yang ogah-ogahan dengan cara membesarkan hati mereka,
menyemangati untuk aktif dan mendoakan mereka. Dengan doa2 ibu tua tadi.. maka kelompok doa tersebut semakin banyak
pesertanya dan semakin hidup. Peran yang
sangat sederhana dilakukan Ibu tadi.
Kalau setiap anggota jemaat atau
warga gereja merasa dipanggil Tuhan untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan dan
karya Tuhan dalam kehidupan berjemaat sesuai dengan apa yang bisa ia lakukan, maka sudah dapat
dipastikan betapa
luar biasanya hidup berjemaat
atau dalam gereja
tersebut! Menjadi jemaat yang hidup dalam
berkat dan penyertaan Tuhan.
Kita
diingatkan pada sosok Maria, bunda Yesus, yang meski ia perempuan biasa dan
sederhana, namun dipilih, dipanggil dan dipakai oleh Tuhan menjadi sarana
lahirnya Juru Selamat, sarana lahirnya berkat bagi dunia, bagi banyak orang. Demikian juga Betlehem Efrata yang justru adalah yang
terkecil di antara kaum Yehuda, namun justru dipakai Tuhan sebagai kota tempat
kelahiran Yesus Kristus. Ini menunjukkan bahwa Tuhan juga berkenan memilih
sesuatu yang menurut pandangan manusia “paling kecil” untuk menjadi perantara
berkat besar bagi banyak orang.
Untuk menerima dan menjalani
panggilan Tuhan, kadang yang diperlukan hanyalah menyadari seberapa risiko yang
harus diambil. Misalnya ketika kita menyanggupi sebuah pelayanan di gereja atau
dimanapun, pasti ada konsekwensinya. Yang penting adalah bahwa kita MAU dulu. Tuhan berkenan memakai
siapapun bahkan orang yang rendah dan sederhana sekalipun untuk menerima
panggilanNya menjadi perantara berkat.
Kita ingat bagaimana Abram dipanggil Tuhan untuk
melayaniNya, ia rela pergi meninggalkan kehidupan nyamannya bersama keluarga
besarnya di Ur dan menuju ke tempat dimana ia tidak tahu dan apa yang harus ia
perbuat di sana. Tapi karena imannya
yang kuat ia lakukan itu. Maka berkat
Tuhan tercurah kepadanya dan segenap keturunannya.
Untuk menjadi perantara berkat,
manusia tidak harus hebat, harus jadi gembala gereja dulu, punya modal yang besar dan punya
banyak hal termasuk banyak waktu. Tuhan tidak bertanya tentang siapa kita, seberapa yang kita punya
untuk menjadi berkat bagi yang lain. Tetapi apakah kita MAU melakukan kehendak
dan panggilanNya. Karena kalau kita mau dipakaiNya menjadi berkat, maka Ia akan
menambahkan dan memperlengkapi semuanya melalui berbagai cara dan kesempatan.
Demikian
juga kita, hendaknya dalam hidup bergereja, bermasyarakat .. Tanyalah pada diri
kita sendiri; “apa yang bisa aku lakukan untuk melayani Tuhan dan sesamaku?” apakah itu sudah kita jawab dan lakukan?!
Kita
diingatkan juga, bahwa dalam hal melayani, semestinya ada proses saling melayani. Tidak hanya dilayani saja... atau melayani saja! Lihat
berapa lamanya pengurus gereja kita (mereka) melayani kita? Tidakkah
terketok hati kita untuk menggantikannya, sehingga ada proses saling
melayani? Ini bisa menjadi perenungan
kita pribadi.
Saudara terkasih,
Mari kita isi hidup
ini dengan sesuatu yang baik dan berkenan pada Tuhan dengan melayaniNya. Mari kita isi salah satu bagian hidup kita untuk turut, ikut ambil bagian dalam
pelayanan untuk saling melayani,
menjadi berkat bagi yang lain, melalui apa yang bisa kita lakukan. Semoga kita dimampukan untuk saling melayani. Amin.
Tuhan memberkati.
Kita akan pujikan “Tuhan ini aku”
Tuhan ini aku, jadikanlah ku alat-MuUntuk memb’ritakan injil-Mu
Tuhan ini aku, jadikanlah ku hamba-Mu
Untuk melakukan firman-Mu
Penuhi hidupku dengan Roh-Mu
Agar ku jadi saksi-Mu
Pakailah hidupku dan urapilah
Untuk kemuliaan nama-Mu
https://www.youtube.com/watch?v=tCsPDJq2xsE
---
o0o ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar