Selasa, 03 Juli 2012

Mujizat masih ada


Saudara terkasih, 
Perkenankan kami membagi berkat melalui kesaksian keluarga kami, saat-saat dimana kami mengalami pergumulan hidup dengan beban yang begitu berat yang kami rasakan.
Hidup kami sering berpindah-pindah tempat karena tuntutan perusahaan.  Kami sekeluarga berempat, saya, istri dan 2 anak (perempuan).
    Anak saya yang pertama lahir di Aceh, maka diberi panggilan Aca (anak aceh), sedangkan yang kedua lahir di Solo.  Nah, yang menjadi fokus obyek kesaksian ini adalah anak kedua kami, Astrid namanya.

Saudara, pada saat saya dinas di Surabaya (medio Agustus 2004), saat itu ada lomba marching band antar sekolah se Jawa Timur, dan Aca ikut  dalam tim marching band sekolahnya.  Seperti biasanya  kalau tim kakaknya lewat, pasti adiknya berlari untuk melihat lebih dekat (sekalipun harus berdesakan dengan penonton lainnya).  Namun entah mengapa Astrid ketika itu sepertinya males-malesan dan ingin dipangku Ibunya terus.

Sesampainya di rumah, suhu badan Astrid mulai mulai panas.  Esoknya Astrid kami periksakan ke dokter, oleh dokter hanya diperiksa  biasa, hanya diberi obat penurun panas  dan antibiotic. Anak kami kelihatan berangsur pulih, dan kami lega dibuatnya.  Namun kira-kira seminggu kemudian tepatnya 3 September 2004, Astrid kembali kami bawa ke dokter karena panas lagi, oleh dokter dirujuk ke  laborat untuk cek darah, dan hasilnya sungguh mengagetkan kami , semua indicator darahnya dibawah ambang normal, dan yang lebih mengkawatirkan adalah jumlah Hb nya hanya 5 g/dl, Trombositnya 6000 (minimal 150 ribu).  Sekitar jam 3 sore karena kondisinya semakin parah, kami membawa Astrid ke UGD RS Mitra Keluarga Surabaya. 

Dari UGD anak kami harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut, saat itu  dokter masih belum berani memberi obat apapun selain hanya obat penurun panas dan atibiotik, karena belum tahu pasti penyakitnya.   Setelah suhu badan Astrid mulai stabil, maka barulah dilakukan tindakan transfusi darah, sambil terus memantau suhu tubuhnya, begitu suhu tubuhnya panas, transfusi dihentikan.  Transfusi darah awal sebanyak 3 kantong.  Selama transfusi tetap dilakukan cek lab darah, maupun pemeriksaan organ-dalam lewat USG dan Rontgen.  Selama 4 hari dirawat di UGD, kesimpulan sementara dokter  ada yang tidak beres dalam darah Astrid, karena ditemukan limfosit, salah satu komponen darah putih  dalam jumlah banyak.

Agar mendapat kepastian diagnose, dokter menyarankan agar Astrid diperiksa sumsum tulang belakangnya.  Sampel darah dibawa ke lab di RS St. Vincentius Paulo Surabaya.    Tepatnya 10 September 2004, dari hasil analisa dokter lab rumah sakit tsb, Astrid dinyatakan terkena penyakit ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia ) atau Kanker darah!
Kami pun kaget luar biasa, kami sungguh tidak bisa dan tidak siap menerima hasil diagnose tsb.  “Tuhan kenapa Engkau timpakan penyakit ini pada anak kami, apa salah anak ini, kenapa tidak Kau timpakan ke saya saja ya Tuhan?”    hati kami spontan meratap dan memprotes.  Kami pun membayangkan masa-masa sulit yang hendak kami alami.   Kami hanya berdoa dalam isak dan tangis,  “Tuhan, kalau anak kami adalah pemberianMu, milikMu…. maka kami yakin Engkau sendiri yang akan menyembuhkannya.

13 September 2004, dimulailah hari pertama pengobatan kemoterapi.  Kemoterapi dilakukan dengan memasukkan obat lewat pembuluh darah vena (intra vena), lewat tulang belakang (intra tecal), dan juga ada obat yang harus diminum.  Puji Tuhan, kami diberi anak yang kuat.  Didalam pengobatan yang selalu berhubungan dengan tindakan medis yang identik dengan jarum, anak kami jarang rewel sehingga memudahkan untuk penanganannnya.  Tahap awal, Astrid harus opname selam 3 bulan dan berada di ruang tersendiri (steril).  Sejak saat itulah dimulai hari-hari yang menyedihkan, kami begitu “nggrantes” dan tersayat hati kalau melhat kondisi anak kami, wajah pucat tirus, kurus, terkulai lemas, kami benar-benar tidak tega melihatnya.  Setiap 2 hari sekali harus dicek darahnya di lab, dan setiap 5 hari sekali harus memindahkan posisi jarum infus dari tangan kanan ke tangan kiri dan seterusnya.

Perawatan yang memakan waktu yang cukup lama menyebabkab Astrid menjadi jenuh.  Dengan kondisi seperti itu, Astrid masih semangat dan mengisi waktunya dengan membaca, menggambar dan tetap belajar pelajaran sekolah.  Saat itu Astrid duduk di kelas 1 SD, ia juga harus merayakan ulang tahunnya yang ke 6 di rumah sakit tsb. (31 Oktober 2004).

Tanggal  8 Desember 2004, Astrid diperkenankan pulang karena ada jeda jadwal kemoterapi beberapa saat.  Beberapa hari di rumah, Astrid menginginkan sekolah lagi, mengingat sudah 3 bulan tidak aktif sekolah maka kami konsultasikan dengan pihak sekolah.  Sekolah mengijinkan, dan puji Tuhan dalam keterbatasan fisiknya Astrid dapat menyelesaikan semesterannya dengan baik.
 
Pada 1 januari 2005, Astrid harus opname lagi sesuai jadwal protocol pengobatannya, saat itu kami tidak merasakan suasana kemeriahan tahun baru.  Pada tahap ini, Astrid menjalani opname selama 1 bulan.  Tanggal 14 Januari 2005, rambutnya mulai rontok, mula-mula hanya sedikit, lama-kelamaan menjadi banyak, kamipun memutuskan untuk menggunduli kepala Astrid setelah sebelumnya memberi pengertian kepadanya.  Hal yang menguatkan kami selama menjalani pengobatan Astrid adalah banyaknya dukungan doa dari jemaat gereja, juga family, teman-teman dan  kenalan lainnya,  bahkan dari orang-orang yang tidak kami kenal sebelumnya.

“JanjiMu seperti fajar pagi hari dan tiada pernah terlambat bersinar.  CintaMu  seperti sungai yang mengalir, dan kutahu betapa dalam kasihMu”
Tuhan mendengar doa-doa kami, dan doa-doa orang yang menyayangi Astrid, akhirnya Astrid dinyatakan masuk tahap “Pemeliharaan” dari thap “Intensif” sebelumnya, dalam tahap ini  Astrid hanya opname kalau harus menjalalani Kemotrapi saja, satu atau dua hari.   Namun bukan berarti ia bebas dari efek terapi tersebut.  Kalau kondisinya ‘drop” lagi dia harus opname lagi, dan transfusi lagi.  Begitulah hari-hari yang berat harus dilalui Astrid.  

Pada saat anak kami masih dalam kondisi seperti itu, Tuhan masih memberi ujian lagi kepada kami.  Ibunya juga harus dioperasi, dalam payudaranya ada semacam kista/ benjokan dan apabila tidak segera dioperasi/ diangkat akan dapat menjadi kanker.  Ibunya diopname di  rumah sakit yang sama dengan Astrid   Kami kembali hanya dapat pasrah kepada Tuhan.  Kami percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Dia.    Operasi payudarapun berjalan lancar dan beberapa minggu kemudian istri saya boleh pulang.

Juni 2005, saya mendapat SK  mutasi tempat kerja dari Surabaya ke Solo, dan melanjutkan pengobatan Astrid ke RS dr. Sarjito Yogyakarta.    Kami bersyukur dipertemukan dengan salah satu dokter yang walaupun usianya sudah sepuh namun teliti banget dialah dr Sutaryo, protocol pengobatan dari rumah sakit Surabaya dia sesuaikan kembali dengan lebih detail lagi sehingga pengobatannya pun frekuensinya lebih intensif.   

Selama lebih setahun Astrid mendapat perawatan di rumah sakit tersebut, dan…  Puji Tuhan, tanggal 5 Desember 2006 jadwal protocol pengobatan intensif  berakhir.  Dan lewat pemeriksaan sumsum tulang belakang Astrid dinyatakan “normal”    tidak kemo lagi, walaupun masih haruss tetap melakukan pemeriksaan darah selama 5 tahun kedepannya.  Sungguh suatu berkat mujizat yang luar biasa dari Tuhan, selama sekitar 2 tahun berkepala gundul, dan harus memakai topi utk menutupinya, bahkan mendapat ejekan dari temen-temennya, kami bersyukur punya anak setabah Astrid. 

Akhirnya, awal tahun 2007 rambutnya mulai tumbuh lagi, tubuhnya mulai kelihatan cerah tidak pucat lagi. Terlihat ada pancaran kehidupan yang membuat kami sekeluarga sungguh sangat bersyukur, trimakasih Tuhan, trimakasih Saudara-saudaraku yang ikut mendukung dalam doa, trimakasih semuanya, juga kepada Telkom yang sudah membiayai pengobatan Astrid.  
Saudara terkasih,
Hingga  saat ini Astrid telah duduk di kelas 2 SMP ,  sehat, normal seperti anak-anak lainnya.  Dia sering diberi tugas menjadi pemain keyboard untuk mengiringi musik dalam ibadah di gereja.  Dan kehidupan kami sekeluraga merasakan suka-cita dalam Tuhan, kehidupan kami relatif lebih baik dari hari-hari sebelumnya.   Kami percaya bahwa Mujizat masih ada bagi kita yang selalu mengharapkan Tuhan dalam setiap pergumulan hidupnya.

Demikian kesaksian kami ini, semoga dapat menguatkan iman percaya kita dan merasakan damai sejahtera dari Tuhan.  Berkatkan tercurah dalam hidup kita kalau kita sungguh-sungguh setia, melayani Tuhan dan sesama kita.  Tuhan menyertai kita.  Amin.

Kisah para Rasul 3:16
“Dan karena kepercayaan dalam nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kapada orang ini di depan kamu semua”.   

data diambil dari medical record RS Mitra Keluarga, RS St. Vincentius Paulo Surabaya dan RS dr. Sardjito Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar